Difasilitasi Kamar Khusus Kencan

Jumat 17-05-2019,10:15 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

SURABAYA - Ramadan tidak menyurutkan bisnis esek-esek yang dilakukan Eko (40), warga Jalan Putat Jaya Lebar. Bahkan, ia mengajak Ibnu Aji (25),  penjaga warung kopi (warkop) milik Eko, yang juga dipakai lokasi prostitusi. Kedua pria ini tega menawarkan RA (25), yang merupakan pengasuh anak dari Eko. Sampai akhirnya, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Surabaya membongkar bisnis haram itu pada Rabu (15/5). Prostitusi tersebut kali pertama diketahui atas keresahan warga setempat, terkait bisnis yang dijalankan Eko dibantu Ibnu. Terlebih lagi, di Ramadan usaha yang melanggar hukum itu tetap beroperasi. Dianggap sudah kelewatan, warga pun sepakat melapor ke polisi. "Berbekal laporan itu, kami tindak lanjuti dengan melakukan penyelidikan. Aktivitas warung dipantau hingga mendapati ada kegiatan yang mencurigakan," jelas Kanit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya AKP Ruth Yeni, Kamis (16/5). Dipaparkan Ruth, setelah mendapati kebenaran ada bisnis esek-esek di warkop tersebut, petugas segera melakukan penggerebekan. Ternyata, di bagian dalam warkop terdapat kamar khusus untuk melayani tamu (pria hidung belang, red) yang ingin kencan dengan wanita yang disediakan Eko. Dari penggerebekan itu, petugas mendapati dua orang lain jenis sedang bercinta. Mereka adalah RA dan SU. Selain itu, polisi juga mengamankan sejumlah kondom dan uang tunai. "Di lokasi yang sama, kami amankan Ibnu Aji. Ia merupakan penjaga warung yang ikut menawarkan RA ke pengunjung warkop," terang Ruth. Selanjutnya, polisi mengembangkan kasus tersebut dengan mengamankan Eko, yang merupakan pemilik warung tempat Ibnu Aji bekerja. Dia ikut terlibat lantaran dianggap menyediakan tempat untuk kegiatan prostitusi. Belakangan diketahui jika salah satu korban yang ditawarkan oleh Aji, adalah RA yang tak lain pengasuh anak Eko. "Jadi mereka (tersangka dan korban, red) memang dalam satu lingkup tempat tinggal," imbuh Ruth. Mantan Panitreskrim Polsek Wonokromo itu menyebut, modus prostitusi yang dijalankan Eko dan Ibnu memang rapi. Mereka tak sembarangan mencari tamu untuk ditawari kencan dengan RA. Tawaran kencan dilakukan hanya ke pengunjung yang datang ke warkopnya. Dalam sehari, dua sampai tiga tamu mereka dapatkan. Tarif untuk kencang antara Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu. Harga itu belum termasuk biaya sewa kamar. "Untuk kamarnya pelanggan harus membayar tambahan Rp 30 ribu," tandas Ruth. Kepada penyidik, Eko mengaku baru beberapa bulan menjalankan bisnis sampingan tersebut. Awalnya dia menawarkan RA untuk bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK). Sebab, RA mengaku butuh uang untuk biaya keluarga di kampungnya. Sedangkan gaji RA sebagai pengasuh anak selama ini tak cukup untuk dikirim ke keluarganya. "Selain RA, saya juga punya kenalan eks PSK Dolly. Jadi, mereka akan dihubungi ketika diminta pelanggan. Saya juga meminta Ibnu Aji untuk mencari pelanggan," tegas dia. Kepada petugas, Ibnu Aji mengaku dari usahanya menawarkan RA, hasilnya tak banyak. Dia hanya mendapat Rp 100 ribu, kadang malah diberi sebungkus rokok oleh pelanggannya. Meski demikian, Ibnu tetap melakukannya lantaran butuh tambahan. "Lumayan kalau dapat tamu. Makan sama uang rokok aman," terang pria kelahiran Perak, Jombang, itu. (fdn/nov)

Tags :
Kategori :

Terkait