Ada yang bagus yang terselip di sela-sela demo anti-Macron di Jakarta beberapa hari lalu. Habib Al Habsyi mengatakan, sudah saatnya kita melakukan jihad ekonomi. ‘’Mengapa Prancis berani melakukan itu, Presiden Macron berani melakukan itu. Karena ekonomi mereka sangat kuat. Karena itulah, kita harus menirunya. Membuat ekonomi umat kuat. Jihad ekonomi mulai sekarang,’’ katanya. Jihad ekonomi itu, kata Al Habsyi, dengan cara memberdayakan ekonomi umat. ‘’Mau makan, makanlah di restoran umat. Mau belanja, belanjalah di toko tetangga,’’ katanya. ‘’Kita ini aneh. Pengajian yang bikin kita sendiri, Ustadnya, Ustad kita sendiri, yang dengerin, ya kalangan kita sendiri, lho mengapa minumannya, bukan minuman dari kalangan kita sendiri. Aneh kan,’’ katanya. ‘’Saya kalau mendapati pengajian yang mengundang saya, ada minuman bukan dari kalangan sendiri, saya tak jadi bicara,’’ katanya. Mengapa itu penting dilakukan? Kata Al Habsyi: ‘’Kalau pedagang kita kuat, pengusaha kita kuat, pasti zakatnya banyak, menyumbang untuk masjidnya banyak. Sumbangan untuk kegiatan sosialnya besar. Kita ini sering aneh, meminta sumbangan kepada saudagar muslim, tapi belanjanya tidak kepada mereka.” Al Habsyi memberikan cerita keanehan lain dari umat ini. ‘’Saya ini disuruh dakwah bil lisan, mengutip Quran dan Hadits, tapi dakwah bil halnya, saya disuruh pegang dan minuman yang tidak cocok. Saya tidak mau karena antara lisan dengan perbuatan harus cocok,’’ katanya. Mengapa saya memilih angle ini di tengah kehebohan Anti-Macron? Karena, menurut saya, inilah pekerjaan rumah Umat Islam yang hingga kini belum selesai. Banyak sekali yag mengingatkan, tapi belum ada yang serius melakukannya. Hanya sedikit Ustad seperti Al Habsyi yang mengingatkan ini. Kebanyakan justru ‘’menakut-nakuti’’ umat dalam mencari kekayaan. Saya khawatir penyampaian yang salah terhadap ‘’hubbud dunya’’ bisa demotivasi etos kerja umat untuk menjadi The New Abdurrahman bin Auf, konglomerat zaman Nabi. Dialah penyumbang logistik terbesar dakwah dan peperangan Nabi. Perang tabuk misalnya, dia menyumbang 200 uqiyah emas. Satu uqiyah setara 31,7475 gram emas. Padahal, begitu banyak ayat dan hadits agar umat ini menjadi pekerja keras dan jadi umat yang kuat. Bukankah itu lebih baik dan dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah (Al Mu’min qowiyy khoirun wa ahabbu ilallah minal mu’minidh dho’if –HR Muslim). Semoga kali ini kita dapat mengambil hikmah terbesarnya. Bukan hanya kegaduhan anti-Macronnya. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)
Jihad Ekonomi
Rabu 04-11-2020,19:33 WIB
Reporter : Syaifuddin
Editor : Syaifuddin
Tags :
Kategori :
Terkait
Terpopuler
Kamis 09-01-2025,21:00 WIB
Terkait Video Viral Camat Asemrowo, Ini Kata Wali Kota Surabaya
Jumat 10-01-2025,17:53 WIB
PSS Sleman vs Persebaya, Paul Munster: Tumbas-Dimov Amunisi Tersembunyi
Jumat 10-01-2025,06:00 WIB
Satresnarkoba Polresta Banyuwangi Amankan 3 Pengedar Narkoba
Jumat 10-01-2025,15:44 WIB
Demam Jagad Coin Hebohkan Surabaya, Siswa hingga Orang Dewasa Berburu Koin Bernilai Jutaan Rupiah
Jumat 10-01-2025,13:47 WIB
Ngeri! Karyawan Indomaret Jombang Tewas di Tangan Tukang Potong
Terkini
Jumat 10-01-2025,20:32 WIB
Albri Amri, Si Pendekar Cilik SDN Putat Jaya 1 Surabaya
Jumat 10-01-2025,20:13 WIB
Usia Setengah Abad Lebih, PDI-P Tetap Konsisten Kawal Demokrasi
Jumat 10-01-2025,20:02 WIB
Peringati Isra Mikraj, Masjid Sabiilil Hikmah Griya Kebraon Hadirkan KH Anwar Zahid
Jumat 10-01-2025,19:27 WIB
KAI Daop 8 Bersih Lintas Jalur KA Antara Sidotopo-Benteng
Jumat 10-01-2025,19:20 WIB