Sidoarjo, Memorandum.co.id - Ketiga pasangan calon (Paslon) Pilkada Sidoarjo dinilai masih belum memiliki terobosan baru dalam membangun Kota Delta ke depan dan hanya menjual konsep lama dalam kemasan baru. “Calon pemimpin itu kapasitasnya terukur dari gagasan barunya yang realistis sehingga bukan saja menarik untuk disampaikan pada publik tetapi juga bisa diaplikasikan,” kata Ketua Presidium Rumah Pancasila Sidoarjo, Husni Thamrin, Rabu (4/11/2020). Penilaian itu disampaikan setelah melihat aksi para paslon tersebut dalam debat publik yang digelar KPU Sidoarjo, Selasa (03/11) malam kemarin yang disiarkan langsung oleh salah satu stasiun TV swasta lokal di Surabaya. Menurut Husni, hampir semua paslon hanya mengetengahkan program-program Pemkab Sidoarjo yang saat ini sudah dijalankan atau telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). “Dan kalau pun ada yang baru biasanya tidak realistis karena tidak mengacu pada kekuatan keuangan daerah sehingga tidak mungkin untuk diwujudkan pada saat mereka memenangkan Pilkada,” jelas aktivis yang juga menjadi Ketua Himpunan Putra-putri dan Keluarga Angkatan Darat (Hipakad) Sidoarjo itu. Harusnya, para calon itu menghubungkan program-program kerjanya dengan besaran APBD Sidoarjo supaya nantinya visi dan misi itu bukan hanya jadi angin surga yang membuai warga Sidoarjo. “Tapi pada dasarnya orang Sidoarjo sudah tahu soal itu. Jadi tidak akan mudah terpesona dengan janji-janji manis yang tak akan bisa dibuktikan seperti itu,” tandas Husni. Ungkapan senada juga disampaikan aktivis ormas lainnya, Muhammad Syaiful. Ia mengatakan bahwa dalam debat publik kemarin, para calon hanya mengajak warga Sidoarjo untuk berselancar di dunia maya yang dibungkus dalam keindahan retorika. “Psikologis pemilih itu pragmatis sehingga mereka tidak bisa diberi konsep yang muluk-muluk. Sampaikan saja program yang taktis dan strategis dan buka sekedar pepesan kosong,” ujar pria yang sehari-hari berprofesi sebagai pengacara itu. Menurutnya, sangatlah jauh dari harapan jika para paslon itu beranggapan bisa mempengaruhi perilaku politik masyarakat Sidoarjo hanya dari melihat performa mereka dalam debat publik tersebut. “Masih banyak faktor-faktor lain yang menentukan pilihan masyarakat dan itu sangat tergantung pada kepentingan publik terhadap agenda politik ini. Kalau mereka merasa tak punya kepentingan dengan Pilkada ini, maka tentu yang dibutuhkan adalah uang,” tambahnya. Bahkan menurutnya, siapapun orangnya jika kemudian bersentuhan dengan dinamika politik yang berbayar maka merekapun akan menempatkan dirinya di pusaran itu sebagai dasar menentukan pilihannya. “Istilahnya NPWP, Nomer Piro Wani Piro,” gurau Syaiful.(eko/jok)
Pengamat: Paslon Sidoarjo Hanya Jual Konsep Lama Kemasan Baru
Rabu 04-11-2020,15:24 WIB
Editor : Aziz Manna Memorandum
Kategori :