Cinta pada Pandangan Pertama yang Berakhir tanpa Ikatan (2)
Kamis 08-10-2020,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi
Keluar dari Kamar Mandi, Tubuhnya Hanya Dibalut Handuk
Intan pernah diancam dosen mata kranjang. Bakal diberi nilai D bila tidak mau diajak makan malam. Bukannya keder, Intan malah balik menantang dosen tadi bertemu di tempat yang justru dikenal sebagai penginapan esek-esek.
Pada hari yang ditentukan, Intan sudah duduk syantik dengan pakaian ehem di bibir tempat tidur hotel. Menunggu kedatangan dosen mata kranjang, sebut saja Ableh.
Tepat pukul 09.11. Sebelas menit lewat dari kesepakatan, pintu kamar terdengar diketuk orang. Tanpa beranjak dari tempatknya, Intan mempersilakan Ableh masuk. “Masuk aja, Pak. Nggak dikunci,” suaranya dimanis-manismanjakan mirip suara Syahrini.
Ableh pun masuk. Matanya menatap Intan lekat-lekat seperti hendak menerkam. “Bapak mandi dulu dong. Pasti gerah setelah perjalanan dari rumah ke sini. Macet kan?” imbuh Intan.
Ableh tidak mampu berucap sepatah kata pun. Bibirnya terkunci seperti kotal amal di masjid dan musala. Dia hanya senyam-senyum. Bak kerbau dicocok hidungnya, dia patuhi semua perintah Intan.
“Bapak yakin tidak ada yang tahu ketika Bapak ke sini?” tanya Intan.
Sambil berjalan ke kamar mandi, Ableh mengangguk. Mantab-ek.
“Yakin?” lajut Intan.
Ableh yang hampir seluruh tubuhnya sudah masuk kamar mandi seperti ditarik atret untuk sekadar menunjukkan anggukann kepada Intan. “Ya sudah. Hati-hati di dalam. Jangan sampai jatuh. Bisa stroke lho,” tutur Intan.
Terdengar sower menyala. Tidak lama kemudian Ableh sudah muncul di pintu kamar mandi. “Kok sebentar amat. Bebek saja butuh waktu setengah jam untuk membasahi tubuhnya,” kata Intan.
“Lagian, ngapain pakaian kotor Bapak pakai lagi. Kan ada handuk bersih di dalam?” kata Inan. Nada manjanya semakin terdengar manja. Ditambah desah-desah di sana sini.
Mental Ableh tampaknya kesejotan. Seolah berdiri di simpang jalan. Antara belok kanan agar secepatnya bisa meng-ehem-ehem Intan dan belok kiri untuk membuktikan bahwa dirinya tidak mau mengecewakan Intan.
Lebih dari 20 menit kemudian Ableh keluar dari kamar mandi. Tubuhnya hanya dibalut kain handuk. Intan menahan tawa. Sebab, sejujurnya Ableh terlihat lebih mirip lemper basi ketimbang seorang lelaki.
Yang membuktikan Ableh sebagai lelaki hanya tonjolan handuk di bawah perut. Ableh sudah berusaha menekuk tonjolan itu, tapi selalu kembali pada posisi semula. Kayak mainan jungkat-jungkit di halaman sekolah TK. Mungkin Ableh sempat menenggak Kesagi sebelum berangkat.
Untuk menyamarkan tonjolan itu, Ableh bergegas duduk di samping Intan. Pada saat bersamaan terdengar pintu kamar digedor dari luar. Tidak hanya sekali, melainkan berkali-kali. (bersambung)
Penulis : Yuli Setyo Budi
Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih
Tags :
Kategori :