Akhir Perjalanan Mahasiswi Cantik Pemuja Idiologi Pancacinta (4)

Jumat 18-09-2020,15:15 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Kabur ke Rumah Pacar, Ditawari ke Gereja dan Ditanya Baptis

Eli dan ayahnya saling ngotot. Mempertahankan harga diri masing-masing. Sama-sama emosi. Sama-sama panas. Sama-sama terbakar. Puncaknya, Eli kabur dari rumah. Kini Eli bersama Agus. Meratapi nasib di Kenjeran. “Kamu pulang ke rumahku saja,” ajak Agus. Tidak ada jalan lain. Eli menurut. Dua hari Eli menginap di rumah Agus. Seluruh anggota keluarga baik. Amat baik. Orang tua Agus, kakak dan adik-adik, bahkan pembantu, semua memperlakukan Eli dengan baik. Hingga suatu Minggu pagi, mama Agus, sebut saja Nia, mendatangi Eli di kamar, “El, bagaimana kalau kamu ikut kami ke gereja? Daripada di rumah hanya dengan pembantu.” Eli menolak dengan halus. Dia sekalian mau pamit hendak ke rumah pamannya di Malang. “Nggak enak lama-lama di sini Tante,” kata Eli. “Nggakpapa, El. Di rumah calon suami sendiri kok,” kata Nia sambil tersenyum. “Jadi kapan Eli bersedia dibaptis?” imbuh Nia. “Dibaptis?” kata Eli dalam hati, “Kenapa mama Agus bertanya begitu?” Hal ini lantas ditanyakan Eli kepada Agus. Apa jawaban Agus? “Aku ngomong ke Mama kalau kamu diusir papamu dari rumah. Aku juga ngomong hendak nikah sama kamu.” “Tapi itu bukan berarti aku mau masuk agamamu.” “Aku tahu. Itu hanya persepsi Mama. Maafkan Mama. Maafkan aku juga.” Akhirnya Eli pamit ke rumah paman di Malang. Dalam perjalanan, Eli mencoba menegaskan bahwa dia tetap akan memperjuangkan cintanya vs Agus asal pemuda itu bersedia ber-Islam. Dua pekan berselang. Eli mendapat kabar bahwa Agus bertengkar vs kedua orang tuanya karena minta izin masuk Islam agar bisa menikah dengan Eli. Ceritanya hampir sama dengan Eli vs orang tuanya. Agus lari dari rumah. Mereka bersama-sama tinggal di rumah paman Eli di Malang. Seorang ustaz. Namanya sebut saja Azis. Untuk menghindari fitnah, Agus dan Azis dinikahkan. Saat kembali ke Surabaya, Agus dan Eli kembali mencoba memperjuangkan cinta mereka. Keduanya sekuat tenaga memengaruhi keluarga masing-masing, namun tidak juga berhasil. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, ternyata hasib baik tidak mendukung. Usaha yang mereka kelola lambat laun masuk jurang kebangkrutan. Tidak ada yang dimintai tolong, Agus akhirnya nekat kembali ke rumah untuk meminta bantuan orang tua. Tapi, jangankan menemui, orang tua Agus bahkan enggan membuka pintu. Hanya pembantu yang muncul dan berkata singkat, “Papa dan Mama tidak mau menemui Mas Agus,” ujar pembantu tadi. Perjuangan juga dilakukan Eli. Dia berusaha membujuk agar orang tua merestui pernikahan yang sudah telanjur dilakukan di Malang.  Tapi hasilnya sama saja. Eli sudah diusir sebelum menginjakkan kaki di teras rumah. Dia masih berdiri di halaman. (bersamsung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih
Tags :
Kategori :

Terkait