Tanpa Incumbent, Pilbup Sidoarjo Memungkinkan Muncul 4 Pasangan

Rabu 26-08-2020,16:14 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Sidoarjo, Memorandum.co.id -Pertarungan dalam pilkada di kota Delta akan semakin seru tanpa kehadiran incumbent pasca berpulangnya Wakil Bupati Sidoarjo, (alm) Nur Ahmad Syafuddin akhir pekan lalu. Keseruan ini tidak hanya di internal PKB sebagai parpol mayoritas namun juga bagi parpol-parpol lainnya. “Semua kandidat dan juga parpol pemilik kursi di DPRD posisinya fifty-fifty karena tidak ada yang lebih diuntungkan karena posisinya di eksekutif,” ujar anggota Presidium Rumah Pancasila Amak Junaedi Sidoarjo. Saat ditemui Rabu (26/8) Amak mengatakan tanpa kehadiran (alm) Nur Ahmad, perebutan rekom akan terjadi head to head antara Achmad Amir Aslichin alias Mas Iin dengan Ahmad Mudhlor Ali atau Gus Muhdlor. “Keduanya sama-sama punya nilai plus minus yang menjadi pertimbangan DPP PKB. Dan yang menarik pertarungan antara Mas Iin dengan Gus Mudhlor tidak akan pernah bisa dilepaskan dari peran orangtuanya masing-masing,” imbuh pria yang aktif di berbagai organasasi sosial dan kemasyarakatan itu. Sedangkan bagi parpol lain, kondisi terbaru yang terjadi saat ini membuka peluang bagi semuanya untuk ikut bertarung. “Jadi bukan lagi antara PKB, PDIP dan Gerindra saja. Parpol lain juga bisa membentuk kaukus alternatif dan memunculkan pasangan calon keempat dalam Pilkada nanti,” tukas Amak. Menurut Ketua Brigade Nusantara Jatim itu, bisa saja parpol-parpol yang selama ini hanya dianggap sebagai pelengkap seperti PAN, PKS, Golkar, Nasdem, Demokrat bahkan PPP akan memiliki daya tawar yang jauh lebih besar ketimbang sebelumnya. Sebut saja PAN yang selama ini disebut-sebut telah membangun koalisi dengan PDIP atau Golkar yang bergandengan Gerindra akan berpikir ulang jika ternyata bergaining position mereka dilemahkan. “PAN misalnya, mereka bisa koq menampilkan calon bupatinya sendiri jika mau bergandengan dengan PKS plus salah satu diantara Demokrat, Nasdem atau PPP. Sementara saat ini untuk mengajukan calon wakil bupatinya saja mereka harus tarik ulur dengan PDIP,” kata Amak lagi. Langkah serupa tentu juga bisa dilakukan oleh Golkar jika ternyata porsi yang disediakan bakal calon bupati dari Gerindra, Bambang Haryo Soekartono (BHS) dianggap tidak setara dengan peran mereka untuk melengkapi suara parpol besutan Prabowo Soebianto itu. Kemungkinan itu bisa saja terjadi mengingat diantara para bakal calon bupati dan wakil bupati yang sudah mendeklarasikan diri itu pasti akan ada yang terlempar keluar lintasan. Selain Iin dan Mudhlor di PKB dan BHS di Gerindra, masih ada nama seperti Bahrul Amig dan juga Kelana yang berebut tempat untuk menaiki punggung banteng. Belum lagi nama Taufiqulbar yang menyatakan siap untuk menjadi calon W-1 atau W-2. Di posisi kedua malah ada banyak nama lagi. Sebut saja Hidar Assegaff yang oleh lembaga survei ARC ditempatkan sebagai kandidat calon wakil bupati dengan tingkat keterpilihan tertinggi. Lalu Mimik Idayana, Ainun Jariyah, Subandi, Sumi Harsono dan sederet nama lain yang mendaftar di PDIP. “Inilah yang saya sebut seru tadi. Baik personal maupun parpolnya sama-sama melihat terbukanya peluang untuk meraih kemenangan dalam Pilkada nanti. Sehingga di sisa waktu kurang dari 2 minggu jelang pendaftaran calon ke KPU, kejutan-kejutan bisa terjadi,” pungkas Amak.(lud/jok)

Tags :
Kategori :

Terkait