Surabaya, Memorandum.co.id - Di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, persebaran demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Timur juga patut diwaspadai. Sebab, selama Januari hingga Agustus jumlah penderita DBD di wilayah Jatim cukup tinggi. Total jumlah kasus DBD di Jawa Timur sampai Senin (24/8/2020) tercatat sebanyak 6.838 kasus. Dari seluruh pasien yang terjangkit virus dari nyamuk Aedes aegypti tersebut, 58 orang di antaranya meninggal dunia. Persebarannya juga merata. Terjadi di 38 kabupaten/kota. Berdasar data grafik Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim selama semester I 2020, wilayah yang paling banyak ditemukan kasus DBD adalah Kabupaten Malang dengan jumlah mencapai 1.186 kasus. Disusul Jember 662, Pacitan 546, Trenggalek 302 dan beberapa kabupaten/kota lain. Sementara itu, kasus kematian pasien DBD terbanyak terjadi di Pacitan, mencapai 7 kasus. Disusul Kabupaten Malang dengan jumlah kematian 6 kasus. Sedangkan, paling sedikit kasus DBD yaitu Kota Pasuruan 2 kasus, Kota Mojokerto 6 kasus, Nganjuk 12 kasus dan disusul Surabaya 43 kasus dan nol kematian. Selain itu, total jumlah kasus Malaria di Jawa Timur sampai semester 1 2020 sebesar 190 kasus. Jumlah kematiannya ada 2 kasus, masing-masing 1 kasus di Kab Jember dan 1 kasus di Kota Malang. Namun hingga saat ini, DBD di Jatim belum ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Sebab, jumlah kasusnya tidak melebih jumlah kasus dan kematian pada 2019, sebanyak 18.393 kasus dan jumlah meninggal sebanyak 185 orang. Kepala Dinkes Jatim, dr Herlin Ferliana mengatakan, faktor penyebab tingginya angka DBD adalah perubahan iklim suhu global yang meningkat. Hujan dan panas memungkinkan perkembangbiakan nyamuk yang menjadi perantara penularan penyakit tersebut. ’’Dampak nyata, jumlah kasus pun menjadi meningkat,’’ katanya, Senin (24/8). Selain itu, ditengarai ada korelasi antara peningkatan jumlah DBD dan pandemi Covid-19 yang hingga kini masih berlangsung. Saat ini banyak warga yang beraktivitas di rumah. Risiko tergigit nyamuk pun semakin besar. Pemicu lain tingginya kasus DBD di Jatim adalah dugaan bahwa program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) tidak rutin berkesinambungan. Tempat bertelurnya nyamuk pun semakin banyak. Otomatis potensi penularan penyakit DBD juga tinggi. ’’Itu salah satu pemicu saat ini. Mangkanya, kami meminta warga di seluruh kabupaten/kota di Jatim tetap waspada serta upaya pencegahan DBD harus tetap dilakukannya," tandasnya. Humas Dinkes Jatim, Riska menambahkan, agar masyarakat terus meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah. "Apabila ada masyarakat dengan gejala demam selama tiga hari, pusing, mual dan nyeri otot persendian segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat," pungkasnya.(why)
Dinkes: Kasus DBD di Jatim Capai 6.838 dan 58 Meninggal
Senin 24-08-2020,15:37 WIB
Reporter : Aziz Manna Memorandum
Editor : Aziz Manna Memorandum
Tags :
Kategori :
Terkait
Terpopuler
Senin 08-12-2025,07:47 WIB
Festival Seni Nusantara di Kebraon Meriah, UWIKA Perkuat Kolaborasi Seni dan Toleransi
Senin 08-12-2025,13:27 WIB
Dana Desa Tak Kunjung Realisasi, Pemkab Jombang Diminta Turun Tangan
Senin 08-12-2025,10:12 WIB
Gebyar Undian Pajak Daerah 2025 Meriahkan Hari Jadi Tulungagung ke-820
Senin 08-12-2025,06:24 WIB
Kontingen NPCI Kabupaten Kediri Tampil Gemilang, Raih 18 Medali di Ajang Keparprov Paraatletik Jatim 2025
Senin 08-12-2025,06:50 WIB
Rekor Chelsea Akhirnya Tumbang, Everton Curi Kemenangan di Kingsmeadow
Terkini
Senin 08-12-2025,23:05 WIB
100 Becak Listrik dari Presiden untuk Tukang Becak Lumajang
Senin 08-12-2025,22:57 WIB
Bermain 10 Pemain, Gresik United Tundukkan Persiba Bantul 1-0
Senin 08-12-2025,21:52 WIB
Polres Kediri Kota Gelar Doa Bersama Yatim Piatu untuk Hari Jadi Fungsi Reserse Ke-78
Senin 08-12-2025,20:58 WIB
Unesa Doa Bersama, Galang Dana, dan Kirim Relawan untuk Membantu Korban Banjir Sumatra
Senin 08-12-2025,20:47 WIB