Persiapan Sekolah Buka, Gelar Simulasi Prokes PBM

Senin 03-08-2020,21:42 WIB
Reporter : Ferry Ardi Setiawan
Editor : Ferry Ardi Setiawan

Surabaya, memorandum.co.id - Dinas pendidikan (Dispendik) Surabaya berencana memulai proses belajar mengajar (PBM) pada 21 SMP. Untuk itu digelar simulasi protokol kesehatan (prokes) di beberapa SMP di Surabaya. Di SMPN 15 dan SMPN 3 Surabaya melaksanakan simulasi prokes PBM, Senin (3/8). Simulasi ini diperankan oleh karyawan serta para guru. Kepala Bidang Sekolah Menengah Dispendik Kota Surabaya Sudarminto mengatakan, sebelum PBM di sekolah diputuskan, masing-masing sekolah yang ditunjuk sebagai pilot project itu menyerahkan SOP (standar operasional prosedur) prokes. Selanjutnya, tim dari dispendik melakukan monitoring kesiapan di lapangan dan dilanjutkan dengan simulasi prokes. “Simulasi itu memberikan gambaran ketika anak mulai masuk ke sekolah, proses pembelajaran di sekolah, hingga pulang ke rumah,” kata Sudarminto. Sudarminto pun menjelaskan gambaran simulasi prokes di sekolah. Pertama, sebelum masuk gerbang sekolah peserta didik wajib dicek suhu tubuhnya menggunakan thermo gun. Kemudian, mereka diarahkan petugas untuk cuci tangan dengan sabun dan masuk antrean ke bilik disinfektan. “Sebelum anak-anak mengikuti materi pelajaran, maka yang dilakukan guru adalah mengingatkan prokes terlebih dahulu baru dilakukan pembelajaran,” katanya. Menurutnya, SOP prokes tak hanya diterapkan saat peserta didik mengikuti PBM di kelas. SOP juga telah dirancang ketika peserta didik ingin ke toilet atau melakukan aktivitas lain. “Bahkan ketika mereka peserta didik pulang sekolah juga di SOP kan,” terangnya. Selain itu pula, Sudarminto menyebut, ketika PBM di sekolah itu berjalan, kapasitas jumlah peserta didik setiap kelas beserta jam pelajaran juga dikurangi. Terlebih lagi, pihaknya juga mengimbau pihak sekolah agar mengutamakan mata pelajaran yang dinilai esensial. “Tidak harus seluruh mata pelajaran, dan jam pelajaran tidak harus 45 menit, bisa 25 menit. Kemudian yang masuk tidak perlu 100 persen, mungkin bisa 25 persen atau 50 persen tergantung kesiapan sarana prasarana sekolah,” ungkap dia. Di sisi lain, kata dia, pihak sekolah juga wajib memberlakukan protokol ketat bagi warga yang masuk ke lingkungan sekolah. Tak hanya bagi peserta didik, guru maupun karyawan yang memiliki penyakit penyerta dilarang masuk ke sekolah. Hal ini semata-mata untuk mengantisipasi terjadinya kasus Covid-19 di lingkungan sekolah. Simulasi yang berlangsung hari ini selanjutnya dilakukan evaluasi dengan tim ahli beserta gugus tugas. Hasil simulasi tersebut akan dibahas bersama sebelum sekolah itu diputuskan boleh melaksanakan proses belajar mengajar melalui tatap muka. “Menunggu hasil rapat evaluasi bersama tim ahli, komite sekolah, dinas pendidikan, serta gugus tugas,” paparnya. Sementara itu Kepala SMPN 15 Surabaya Shahibur Rachman menyampaikan, pihaknya bersama 20 sekolah lain ditunjuk sebagai pilot project terkait kesiapan PBM di sekolah. Termasuk kesiapan sarana prasarana, SOP protokol kesehatan, hingga sumber daya manusia (SDM). “Jadi itu kita sudah siapkan lebih awal. Hari ini simulasi, jadi itu gambarannya secara umum,” kata Rachman. Rachman menyatakan, jika nantinya SMPN 15 Surabaya diputuskan boleh melaksanakan PBM di sekolah, pihaknya akan menerapkan mekanisme kuota peserta didik 25 persen. Artinya, peserta didik kelas 7, 8 dan 9 masuk, tetapi jumlah kuotanya masing-masing 25 persen. “Itu yang nanti kita tata sesuai dengan kapasitas yang ada di kelas,” pungkasnya. (udi/fer)

Tags :
Kategori :

Terkait