Kaya Baik

Senin 03-08-2020,18:02 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

"Monggo yang berkenan belanja sayuran gratis di depan masjid sabiilus Salam." Begitu undangan dari orang kaya baik itu. Saya sendiri belum membaca WA itu di grup. Saya tahu karena ketika mengeluarkan mobil melewati kerumuman jamaah yang rata-rata saya kenal. "Monggo Pak Ali, ada sayur gratis. Kebetulan ada jamaah kita yang belajar bisnis jualan sayuran," kata jamaah dermawan ini Ahad kemarin. Karena saya sudah terlalu mepet dengan jadwal senam, maka saya menolak halus. "Lain kali saja Pak, mohon maaf saya sudah waktunya berangkat," jawab saya sambil pamit. Saya kaget pulang senam dikabari kalau ada yang mengantar sayur ke rumah. Ketika mau mengucapkan terima kasih, saya baru menyadari kalau di WA Group ada "undangan belanja sayuran gratis" ini. Makanya, sambutan dari jamaah lumayan banyak. Makanya, satu jam sesudah woro-woro itu, sayuran ludes. Tidak kali ini saja jamaah dermawan ini, menyenangkan sesama jamaah. Dua tahun berturut-turut, sebelum pandemi, beliau juga menyeponsori wisata spiritual ke Malang dan tahun lalu ke Madura. Bertadabbur alam menikmati kesegaran Kebun Raya Purwodadi dan pemandangan Batu sambil mendengarkan ceramah dan mensyukuri ciptaanNya yang sangat indah. Penceramahnya pun keren. Jenderal Kivlan Zein dari Jakarta dan seorang ustad dari Malang yang kuliah tahajudnya menyentuh hati. Yang sebetulnya hebat untuk pemberdayaan ekonomi umat adalah idenya untuk membuat air kemasan yang dimereki MT (Majelis Taklim). "Saya sudah keluar hampir 1 M untuk mengurus izin. Tapi, sampai sekarang belum klir. Insya Allah tinggal beberapa step lagi," katanya saat mengumpulkan jamaah di Seafood Surabaya, restorannya, di Barata Jaya. Ada juga jamaah baik hati lainnya yang hobinya membawa makanan dan dimakan bersama-sama. "Ayo Pak, kumpul di serambi utara, seperti biasanya," katanya. Jamaah selalu antusias menyambutnya, terutama yang menunggu waktu Isyak usai berjamaah Sholat Maghrib. Sebelum covid, jamaah masjid mempunyai kebiasaan untuk menyediakan makanan bagi yang melakukan sholat Jumat. Begitu juga setiap Pengajian Ahad pagi, ada jamaah yang secara bergilir menyediakan sarapan pagi. Kadang soto, rawon, dan pecel. Pada Ramadan, juga tersedia berbuka puasa gratis berupa kurma, nasi, dan minuman. Covid mengubah kebiasaaan baik ini. Ramadan kemarin kebiasaan baik itu dihentikan untuk menghindari kerumuman. Jumatan pun sudah tidak disediakan makan. Begitu juga pengajian ahad pagi, tidak hanya makanannya yang ditiadakan, juga pengajiannya. Covid juga menyebabkan pengurus masjid untuk sementara meniadakan penyembelihan kurban. Sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu oleh sebagian warga. Karena banyak menerima pertanyaan mengapa kupon belum dibagi, pengurus berkali-kali mengumumkan bahwa tahun ini, penyembelihan kurban ditiadakan dulu. Alasannya sama: menghindari kerumunan. Proses mulai penyembelihan, pemotongan, pengirisan, penimbangan, pembungkusan yang melibatkan puluhan orang memang sangat menyebabkan terjadinya kerumunan. Masih banyak kesempatan bagi orang kaya baik untuk tetap dermawan. Apalagi di tengah banyak orang mengalami kesulitan karena pandemi yang berkepanjangan. Al yadul 'ulya khoirun minal yadis sufla. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah (HR Muslim). Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Tags :
Kategori :

Terkait