Keluarga Tidak Pernah Berkumpul, Kecuali Membicarakan Harta

Senin 25-03-2019,09:18 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

  Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Hati Toni dan istrinya seperti disambar petir. Pecah berkeping-keping. Ancor pesena telor. Berantantakan. Pengakuan selanjutnya malah teramat sangat jauh lebih menyakitkan: kehamilan itu akibat ulah sang paman, Jono! Kabar itu diperolah Ningsih dari Toni, yang suatu sore datang ke rumah dengan muka merah menyala. Toni mengobrak-abrik rumah Ningsih untuk mencari Jono sambil mengomel tiada henti. Toni berteriak-teriak akan membunuh Jono sambil keluar-masuk seluruh kamar. Setelah tak menemukan yang dicari, Toni duduk lunglai. Pertanyaan-pertanyaan Ningsih dijawab dengan nada tinggi. Dibarengi napas ngos-ngosan, Toni berkata bahwa Jono telah merusak masa depan anaknya. Memperkosa anaknya. Dan, itu tidak bisa dimaafkan. Toni bertekad bakal membawa kasus ini ke ranah hukum. “Aku sendiri tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Yang pasti, aku bakal mengajukan gugatan cerai,” kata Ningsih, yang tak menyangka Jono bakal berbuat nekat seperti itu. Suatu tengah malam Jono sempat pulang, tapi hanya sebentar. Lantas pergi lagi. Ngakunya akan pergi jauh dan tidak akan kembali. Itulah pertemuan terakhir Ningsih dengan suaminya. Tebersit di pikiran Memorandum untuk mengetahui bagaimana perasaan Ningsih. Namun, upaya dengan memperhatikan nada bicaranya tidak membuahkan hasil. Nadanya datar-datar saja. Flat banget. Ada satu ungkapan Jono yang tidak akan Ningsih lupakan. Hal itu dikatakan saat lelaki tersebut melangkah keluar pintu rumah “Aku sudah puas menghancurkan Toni,” itulah yang terngiang di benaknya. Awal mendengar itu, ingatan Ningsih spontan melayang ke cerita Toni bahwa anaknya telah diperkosa Jono. Anak tersebut dijemput paksa dari sekolah dan seminggu disekap di sebuah hotel. “Anak itu sampai sekarang masih trauma dan masih dalam perawatan intensif psikiater. Dia juga bercerita bahwa Jono melakukan ini karena dendam kepada Toni, ayahnya,” tambah Ningsih. Menurut Ningsih, saudara-saudara suaminya sejak dulu memang tidak pernah akur. Jono dan saudara keduanya juga demikian, namun tidak separah perseteruan Jono vs Toni. Mereka jarang kumpul. Semasa kedua orang tua mereka masih hidup pun, tidak pernah ada pertemuan bersama. Seluruh anggota keluarga seperti hidup sendiri-sendiri. Komunikasi hanya terjadi melalui HP, itu pun sangat jarang. Pengikat mereka hanya Kinasi SH, pengacara keluarga. Artinya, mereka baru akan berkumpul bila dikontak oleh Kinasi. Dan, itu hanya terjadi sekali-dua kali dalam setahun. Yang dibicarakan hanya seputar kekayaan dan pembagiannya. Terutama, pada hari-hari terakhir kehidupan ibu mereka. (habis)  

Tags :
Kategori :

Terkait