Surabaya, Memorandum.co.id - Menjelang Hari Raya Idul Adha, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya melarang masuknya hewan kurban dari luar Jatim. Sebab, dikhawatirkan membawa penyakit. Kepala DKPP Surabaya Yuniarto Herlambang menegaskan, pihaknya akan melakukan pengawasan ketat dan menolak hewan-hewan kurban dari luar Jatim. Terutama dari daerah atau provinsi Jateng, Jabar, NTB, dan Bali, yang menjadi endemik penyakit antraks. "Kami melarang pedagang menerima hewan kurban dari daerah endemik. Pemeriksaan biasanya dilakukan di check point dan itu kewenangan provinsi," tegas Herlambang. Ia meminta kepada pedagang untuk menjual hewan kurban dari Jatim saja. "Untuk Jatim yang jadi lumbung ternak utama dan nasional sampai sekarang bebas antraks," ucap dia. Sementara itu DKPP Surabaya juga akan menurunkan tim untuk melakukan pemeriksaan kesehatan hewan kurban yang dijual pedagang. Ini untuk memastikan daging hewan kurban itu layak dikonsumsi warga Surabaya. Yuniarto Herlambang mengatakan tidak hanya kesehatan hewan kurban, pemeriksaan dilakukan terhadap asal hewan dan para pedagangnya. Pemeriksaan yang dilakukan tim DKPP Surabaya dimulai 13 Juli hingga 31 Juli. Pengawasan ini dilakukan untuk menjaga agar hewan yang dipotong sehat dan dagingnya baik, layak dikonsumsi manusia. Untuk itu, tim dari DKPP yang berjumlah 60 personel akan disebar di Surabaya Utara, Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, dan Surabaya Pusat. Sebagai pelaksana teknis, DKPP nanti akan mendatangi titik penjualan hewan kurban untuk melakukan pemeriksaan hewan yang dijual. Dan, protokol kesehatan tetap harus dipatuhi. "Mereka nanti akan mendapatkan kartu hasil pemeriksaan. Kartu itu adalah jaminan bagi masyarakat yang akan membeli, bahwa hewan kurban di sana sudah diperiksa. Kalau ada yang sakit kita beri tanda atau dipilog dan kita sarankan agar tidak dijual," ungkap dia. Lebih jauh, dia menuturkan, para pedagang sebagian besar datang dari luar Surabaya. Untuk sapi, bisanya dipasok dari Probolinggo, Pasuruan, Banyuwangi, Kediri dan Madura. Sementara kambing berasal dari Gresik, Sidoarjo, Blitar. Dia mengatakan, berdasar pengalaman tahun-tahun sebelumnya, untuk kesehatan hewan ternak tidak ada penyakit yang terlalu fatal atau membahayakan. Hanya luka- luka ringan saja di perjalanan. Kemudian iritasi mata karena kena angin terus diare. Lebih jauh, Herlambang menuturkan, hewan yang sehat sudah bisa dikenali dari penampilan fisiknya, di antaranya kulitnya mulus tidak kusam, tidak ada kotoran di ma atanya, cuping hidung lembab, gerakannya juga lincah, tidak lemes. (udi/gus)
Pemkot Surabaya Larang Pedagang Jual Hewan Kurban dari Luar Jatim
Senin 13-07-2020,09:42 WIB
Editor : Agus Supriyadi
Kategori :