Ayat-Ayat Kerja, tapi Kenapa Melempem?

Jumat 03-07-2020,17:01 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Oleh: Ali Murtadlo Jika Robin Sharma, penulis The Monk Who Sold His Ferrari, tahu bahwa Kita sudah bangun jam 3 dinihari, betapa irinya. Penulis buku-buku best seller ini getol mengampanyekan bangun pagi. Dia sarankan pukul 5. Karena itulah, dia menulis buku: The 5 AM Club. Menurut penelitiannya, orang bangun pagi (early riser) akan lebih sukses katimbang yang late riser, orang yang bangun siang. Berlaku untuk siapa saja: entrepreneur, pejabat, CEO, profesional, pelajar/mahasiswa, karyawan, termasuk polisi dan tentara. Menurut dia, dengan bangun jam 5 pagi, setidaknya, bisa melakukan 1 jam kegiatan yang sangat positif. Hukumnya, menurut dia, 20, 20, 20. Yakni: 20 menit pertama olah raga, 20 menit kedua perencanaan hari itu mau melakukan apa, dan 20 menit terakhir untuk belajar. Pertanyaannya, mengapa kita yang bangun dua jam lebih awal dari yang diminta Robin tapi belum sesukses mereka? Salah menerapkannya? Usai tahajud dan subuhan kebanyakan di antara kita banyak yang melanjutkan tidur. Akhirnya, kita tidak medapati manfaat bangun pagi setotalnya: menyedot udara yang begitu bersih dan segar, mengisi otak yang masih fresh dengan ilmu-ilmu baru dan masih banyak lagi. Saya yakin Allah mendisain tahajud sebagai trigger untuk mendapatkan manfaat "the power of morning" selain tentu untuk bersujud di sepertiga malam. Cara mengawali hari yang begitu ideal. Masih mengantuk? Itulah kebanyakan alasannya? Tebakan saya, karena terlalu larut tidurnya. Tidur ideal adalah 6-7 jam. Jika kita ingin bangun jam 3 dinihari berarti kita harus tidur pukul 9 malam. Jika kita berharap bangun jam 2 dinihari, kita harus berangkat tidur pukul 8 malam dst. Selain ayat perintah tahajud di Al Isra' 79 ini, kita juga mendapatkan ayat-ayat kerja. Misalnya Al Ankabut 17:...maka carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah, dan bersyukurlah kepada Allah....Al Jumu'ah 10: Jika shalat telah ditunaikan, maka menyebarlah kamu ke muka bumi, mencari karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kalian beruntung. Al Isra 12: dijadikannya siang terang agar manusia mencari rezeki dari Allah. An Nahl 14: bahtera berlayar di lautan agar manusia mencari karunia Allah. Al Qasas 73: adanya malam dan siang. Agar manusia istirahat di waktu malam dan bekerja pada waktu siang. Begitu banyak ayatnya, Begitu komplit perintahnya. Begitu ideal mengawali hari dengan tahajudnya, mengapa umatnya melempem? Kurang greget, lemah etos kerjanya? Jawabnya, saya kutipkan, perkataan Chairul Tanjung, Bos Transmedia, Trans Studio, dan Bank Mega: "karena ulama kita terlalu banyak bicara tentang akhirat dan siksa kubur. Terlalu sedikit yang membahas sukses akhirat lewat sukses dunia," katanya saat diundang MUI yang diulangi lagi saat menerima MUI Award di Masjid Trans Studio Bandung, 20 April 2015. Padahal, sekali lagi, begitu banyak ayat-ayat perintah kerja, ayat-ayat etos, sayangnya kurang diteriakkannya. PR kita semua khususnya para ulama. Better late than never: mari meningkatkan etos kerja seperti yang diperintahkan agama. Chairul Tanjung, Sandiaga Uno, Dahlan Iskan telah membuktikannya. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Tags :
Kategori :

Terkait