Tahun ini, langit di berbagai kota tampak lebih sunyi dari biasanya.
Kesunyian itu bukanlah sebuah kekosongan.
BACA JUGA:Membangun Citra Positif di Tengah Segelintir Oknum
Mini Kidi--
Langit yang gelap tanpa pesta kembang api kali ini bukan karena keterbatasan biaya, bukan pula karena aturan birokrasi.
Melainkan karena sebuah perasaan yang jauh lebih dalam yang sedang melanda daerah lain.
BACA JUGA:Ketika Banjir Mencari Bupati
Terjadinya serangkaian bencana alam di beberapa wilayah Indonesia, seperti yang terbaru yakni banjir besar di Cirebon dan kawasan wisata Guci (Tegal).
Serta duka mendalam menyelimuti wilayah Sumatra dan Aceh yang belum usai, telah mengubah suasana perayaan pergantian di banyak daerah.
BACA JUGA:Barcode untuk Polisi Nakal
Memilih untuk tidak menyulut kembang api adalah sebuah pesan bisu namun kuat tentang kemanusiaan.
Wajah perayaan itu dirubah total. Tidak ada lagi kerumunan yang mendongak ke langit menunggu detik-detik ledakan kembang api.
BACA JUGA:Antara Candu dan Gaya Hidup
Sebagai gantinya, di berbagai daerah memilih untuk menundukkan kepala, melipat tangan, dan bersimpuh dalam Doa Bersama.
Perubahan ini bukan karena kehilangan semangat untuk merayakan waktu, melainkan karena sedang memprioritaskan rasa kemanusiaan.