Gara-Gara Padel: Hobby Baru yang Menyita Waktu (1)

Selasa 23-12-2025,09:00 WIB
Reporter : Anis Tiana Pottag
Editor : Ferry Ardi Setiawan

BULAN tak pernah menyangka, bahwa olahraga yang awalnya cuma sekadar hobi baru sang suami bisa mengubah ritme rumah tangganya. Semua berawal ketika Bintang mulai keranjingan bermain padel olahraga raket yang sedang naik daun di kalangan teman-teman kantornya.

“Main padel itu sehat, sayang. Lumayan buat ngilangin stres kerja,” ujar Bintang sambil mengganti sepatu di pagi Sabtu. Bulan hanya tersenyum tipis, “Iya, tapi kamu sekarang tiap weekend main terus. Kita jadi jarang ngobrol…”


Mini Kidi--

Namun Bintang seperti tak menangkap keresahan itu. Baginya, padel adalah pelarian yang menyenangkan. Di lapangan, dia merasa bebas. Dan di antara rekan-rekan mainnya, muncullah sosok Arini—partner padel barunya yang juga istri orang.

Arini adalah tipe wanita ceria, gesit di lapangan, dan cerdas bercanda. Saat rally-rally padel, tawa mereka menggema. Dari “smash dan lob,” obrolan mereka mulai mengalir ke kopi usai pertandingan, hingga percakapan larut malam di grup WA hanya berdua.

“Arini paham banget dunia kerjaanku. Kita nyambung,” ujar Bintang suatu malam saat Bulan menegurnya karena terlalu sibuk dengan HP. “Kamu bisa ngobrol sama aku juga, kalau mau,” jawab Bulan lirih.

Tapi Bintang sudah larut. Obrolan dengan Arini terasa lebih ringan daripada percakapan rumah tangga yang belakangan makin sering dibumbui tagihan, sekolah anak, dan rencana dapur.

“Kalau dia udah bisa tertawa dengan orang lain, kenapa aku selalu menjadi tempat diamnya?” gumam Bulan di dapur, melihat gelas kopi suaminya yang masih penuh, tapi hatinya makin kosong.

Bintang tak merasa bersalah. “Kami cuma partner padel, itu aja kok,” dalihnya suatu malam ketika Bulan memergoki chat berisi emotikon hati dari Arini. Tapi dalam hati, dia tahu, rasa nyaman sudah mulai berpindah tempat.

Di satu sisi, Arini juga merasa terlindungi oleh statusnya sebagai istri orang. “Kita kan cuma teman, Bang… Tapi kadang, aku juga ngerasa lebih hidup pas main sama kamu,” kata Arini saat mereka duduk di kafe setelah pertandingan final turnamen komunitas.

Bintang tersenyum, “Aku juga… Kadang lupa rasanya tertawa sebebas ini di rumah.”

Padel jadi candu. Tapi bukan sekadar olahraga fisik, melainkan pelarian emosional yang belum tentu sehat. Di rumah, Bulan makin diam. Anak-anak mulai melihat Ayah dan Ibu jarang satu frame. Dan Bintang? Ia makin sering lupa kalau rumah bukan sekadar tempat pulang, tapi tempat berlabuh.

Bulan tahu, ada yang berubah. Tapi ia masih menunggu. Masih berharap bahwa pasangan hidup bukan cuma tentang menang di lapangan, tapi juga bertahan dalam tantangan rumah tangga.

Kategori :