Bullying bisa terjadi di mana saja di sekolah, lingkungan tempat tinggal, bahkan di ruang publik seperti stadion.
Kasus terbaru menimpa seorang korban berinisial B, yang mengalami perundungan di sebuah stadion oleh sosok bernama Hari Otong.
Ironisnya, pelaku merupakan seorang konten kreator dan komika yang pernah tampil dalam serial lokal di televisi nasional.
Meski kemudian ia menyampaikan permintaan maaf, tindakan tersebut telah meninggalkan luka mendalam bagi korban dan keluarganya, terutama sang ibu yang tak kuasa menahan tangis atas perlakuan tersebut.
Di era media sosial tanpa batas, perilaku bullying digital menjadi fenomena yang kian mengkhawatirkan.
Anak-anak sekolah dasar hingga remaja kerap menjadi korban perundungan daring, baik dalam bentuk komentar kasar, ejekan, hingga penyebaran konten yang mempermalukan.
BACA JUGA:Timnas Indonesia dan Luka Bernama Kegagalan
Mini Kidi--
Pertanyaannya, apakah media sosial turut memperparah budaya bullying? Jawabannya bisa iya, bisa tidak.
Banyak orang menggunakan platform digital untuk hal positif, berjualan, berkarya, atau membangun komunitas.
Namun, saat media sosial dijadikan sarana untuk mempermalukan seseorang dan menyebarkan kebencian, dampaknya bisa sangat luas dan sulit dikendalikan.
Bullying tidak hanya menimbulkan luka psikologis bagi korban, tetapi juga memengaruhi keluarga mereka.
Banyak korban yang akhirnya menarik diri dari lingkungan sosial, kehilangan kepercayaan diri, bahkan putus sekolah akibat trauma mendalam.
Pertanyaan terbesar kini: kapan perilaku bullying akan berhenti?
Jawabannya bergantung pada kita semua. Selama empati kepada sesama masih ada, peluang menghentikan perundungan tetap terbuka.
Namun jika empati hilang, siapa pun bisa menjadi pelaku atau bahkan korban.
Hasil penelitian Journal of Ners Community mengungkap bahwa 70 persen pelaku bullying dulunya pernah menjadi korban.
Fakta ini menunjukkan bahwa perundungan adalah siklus yang harus diputus sejak dini melalui pendidikan empati dan kesadaran sosial.
Kita hanya perlu memilih: menjadi bagian dari solusi, atau justru memperpanjang rantai luka.