Kerres, Simbol Kearifan Lokal yang Menginspirasi Pelayanan KSOP Kalianget di Sumenep

Jumat 10-10-2025,16:48 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

SUMENEP, MEMORANDUM.CO.ID – Kerres, istilah dalam bahasa Madura untuk keris, merupakan senjata tikam khas Nusantara yang erat kaitannya dengan Pulau Jawa, termasuk Sumenep di Madura.

Sejak abad ke-9 hingga abad ke-14, keris tidak hanya berfungsi sebagai senjata, tetapi juga pusaka dan simbol spiritual bagi kerajaan dan masyarakat setempat. Ciri khas keris yang berkelok dan berombak serta pamor pada bilahnya menunjukkan keahlian para empu pembuatnya.

Di Sumenep, tradisi pembuatan keris berkembang pesat berkat peranan empu lokal dan pengaruh kerajaan setempat. Keris memiliki fungsi multifungsi mulai dari alat perlindungan diri, lambang status, warisan budaya, hingga identitas daerah.

BACA JUGA:Cegah Kecelakaan, SKK Migas Gandeng KSOP Sumenep Sosialisasi Keselamatan Kerja di Laut

BACA JUGA:Sinergi KSOP Kalianget dan BBKK Surabaya: Perketat Pengawasan Penumpang di Pelabuhan Kalianget

Penyebaran keris dari Jawa ke berbagai wilayah Asia Tenggara semakin memperkaya bentuk, fungsi, dan filosofi keris, termasuk varian khas Sumenep yang dikenal sebagai salah satu pusat pembuatan keris di Indonesia.

Sejarah keris di Sumenep sudah berlangsung lama dan terkait erat dengan kerajaan lokal. Pada abad ke-13, di masa pemerintahan Panembahan Adipoday—keturunan Sunan Ampel—keris mulai diproduksi di wilayah ini sebagai senjata perang sekaligus pusaka kerajaan.

Tradisi ini diteruskan oleh putranya, Pangeran Joko Tole, yang dibesarkan oleh Empu Kelleng, seorang pandai besi legendaris. Empu dan raja di Sumenep memesan keris khusus sebagai simbol kekuasaan, perlindungan, dan identitas budaya.

Seiring waktu, pembuatan keris di Sumenep semakin maju, terutama di Desa Aeng Tong-tong dan Palongan yang menjadi pusat para pengrajin keris. Ratusan empu di sana mewariskan teknik dan filosofi pembuatan keris secara turun-temurun.

BACA JUGA:Peringati Harhubnas 2025, KSOP Kalianget Tekankan Sinergi Lintas Sektor

BACA JUGA:KSOP Kalianget Peringati Harhubnas 2025 dengan Berbagi dan Anjangsana

Keris Sumenep memadukan gaya Majapahit, Mataram, dan Madura, dengan ciri khas lokal yang membedakan dari keris daerah lain. Karena tradisi dan jumlah pengrajin yang besar, Sumenep mendeklarasikan diri sebagai "Kota Keris" pada 31 Oktober 2013.

Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas IV Kalianget, yang berlokasi di Kabupaten Sumenep, mengadopsi nilai-nilai keris ini sebagai inspirasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Dari keris, KSOP Kalianget merumuskan akronim KERRES yang terdiri dari Kompeten, Efektif, Responsif, Ramah, Efisien, dan Sinergis.

    Kompeten: Sumber daya manusia KSOP Kalianget memiliki kemampuan sesuai standar pelayanan agar dapat memberikan layanan yang maksimal.

    Efektif: Pelayanan yang tepat sasaran dan memiliki manfaat nyata bagi masyarakat.

    Responsif: KSOP selalu cepat dan tanggap dalam memenuhi kebutuhan dan keluhan masyarakat.

    Ramah: Pelayanan bersifat inklusif, menghargai dan menciptakan kenyamanan bagi semua lapisan masyarakat, termasuk kelompok rentan.

    Efisien: Mengoptimalkan waktu, biaya, tenaga, dan fasilitas agar hasil pelayanan tetap maksimal.

    Sinergis: Mengutamakan kolaborasi harmonis antara masyarakat, pemerintah, dan budaya lokal dalam menjalankan tugas.

BACA JUGA:Hadir di Madura Night Vaganza, KSOP Kalianget Jemput Bola Edukasi Masyarakat

BACA JUGA:Pastikan Kesiapan Mudik Jalur Laut, KSOP Gresik Buka Posko Mudik Lebaran 2025

Kepala KSOP Kalianget, Azwar Anas, S.H., M.H., menyampaikan bahwa nilai-nilai yang diadopsi dari kerres bukan hanya simbol budaya, tapi juga menjadi pedoman nyata dalam pelayanan sehari-hari.

"Kami berkomitmen menjadikan KSOP Kalianget sebagai institusi yang profesional, cepat tanggap, dan ramah kepada masyarakat. Dengan begitu, seluruh stakeholder bisa merasakan pelayanan yang berkualitas dan berkelanjutan," ujar Azwar Anas, Jumat 10 Oktober 2025.

Motto KERRES di KSOP Kalianget diharapkan menjadi mindset dan pemersatu pola pikir pegawai dalam menjalankan fungsi dan tugas mereka. Dengan demikian, pelayanan yang diberikan dapat memenuhi amanat hukum sekaligus memperkuat hubungan harmonis antar stakeholder di wilayah Sumenep.(gus)

Kategori :