Oleh: Ali Murtadlo
Grades don't measure tenacity, courage, leadership, guts or whatever you want to call it. Teachers should never tell anybody they will not succeed because they didn't get all A's in school.
(rangking tak mengukur keuletan, keberanian, kepemimpinan, nyali atau apa pun juga. Guru seharusnya tidak mengatakan kepada muridnya bahwa mereka tidak akan sukses hanya karena tidak mendapatkan nilai A di sekolahnya)
(Thomas J. Stanley, The Millionaires Next Door)
Hikmah dari corona. Bisa menunggui anak lebih lama. Memperhatikan karakternya. Inilah kesempatan kita untuk membekali masa depannya dengan karakter unggul secara seksama. Tidak hanya cerdas dan pintar.
Tidak hanya rangking satu di rapotnya, IPK 4 di ujian akhirnya, atau NEM tertinggi di UN-nya. Tidak hanya fasih Bahasa Inggris, Arab, dan Mandarinnya. Tidak hanya jagoan di IT-nya. Tapi juga attitude-nya: sopan santunnya, karakternya, soft skillsnya, budi pekertinya.
Mengapa? Karena faktor sukses menurut riset Thomas J. Stanley PhD, dalam bukunya The Millionaire Mind, tidak terlalu berkaitan dengan rangking. Dia mengambil kesimpulan itu setelah meneliti 733 miliarder AS.
NEM, rangking, dan IPK, hanyalah faktor sukses urutan ke-30. IQ-pun hanya menyumbang di urutan ke-21. Bahkan, alumni sekolah atau perguruan tinggi favorit seperti Harvard pada urutan faktor sukses yang ke-23.
Apa the best ten factors-nya?
1. Jujur (being honest with all people)
2. Disiplin (being well-disciplined)
3. Mudah bergaul (getting along with people)
4. Dukungan pendamping (having a supportive spouse)
5. Kerja keras (working harder than most people)
6. kecintaan pada yang dikerjakan (loving the career/business)
7. kepemimpinan (having strong leadership)
8. kepribadian kompetitif (having a very competitive spirit)
9. Hidup teratur (well organized)
10. Kemampuan menjual ide (an ability to sell ideas).
Bagaimana mengajarkan karakter?
1. Teach by example. Yang penting contoh, teladan.
2. Walk the talk, apa yang diomongkan ke anak, benar-benar dilakukan. Contoh minta anak jujur, tapi ketika ada telepon atau tamu, suruh bilang papa/mama tidak ada, sama dengan mengajari kebobongan.
3. Family time, tidak main hp sendiri-sendiri, tapi sharing kegiatan hari itu.
4. Life skills, mulai makan sendiri, cuci piring sendiri dll
5. Planning weekend: anak diajak diskusi: camping di halaman rumah dan masak pakai kayu bakar.
6. Baca buku bermutu.
Sekali lagi hikmah corona: menggenjot family time, meraih anak berkarakter. Sholeh-sholehah. Aamiin
Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)