JEMBER, MEMORANDUM.CO.ID - Muhammad Salim, seorang mantan atlet voli asal Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Jember, Jawa Timur, kini sukses menorehkan namanya sebagai peternak domba. Selama 20 tahun menggeluti dunia peternakan, pria yang tinggal di lereng Gunung Gumitir ini berhasil meraup keuntungan bersih hingga Rp 19 juta per bulan.
Berkat keberhasilannya, Salim mendapat julukan "Raja Domba Indonesia" dari berbagai pihak. Saat ditemui, Salim tengah sibuk mengurus ratusan domba di peternakannya. Ia memelihara sekitar 460 ekor domba di enam kandang seluas 0,5 hektar di Dusun Curah Damar. Bersama enam pekerjanya, Salim rutin memberikan pakan berupa rambanan yang mereka kumpulkan dari pegunungan.
BACA JUGA:Polres Gresik Gelar Kegiatan Kontra Radikal, Eks Napiter Bagikan Kisah Kelam di Irak
Mini Kidi--
Merintis Usaha dari Pinjaman Ternak
Salim mengisahkan, usahanya dimulai pada tahun 2005. Kala itu, ia baru saja memutuskan berhenti dari dunia voli dan bingung mencari pekerjaan. "Saya pikir kalau terus ikut voli, apa pekerjaan saya nanti. Akhirnya saya coba usaha ternak kambing. Alhamdulillah berkah, hanya bermodal 20 ekor kambing hasil gaduhan," kenangnya. Jum'at 5 September 2025.
Ia memulai dengan sistem setoran, meminjam 20 ekor domba dari UPT Dinas Peternakan Jawa Timur. Sistemnya, setiap enam ekor domba yang dipinjam, harus dikembalikan sembilan ekor. Setelah dua tahun tiga bulan, Salim berhasil melunasi setoran dan 20 ekor domba itu pun menjadi miliknya. "Alhamdulillah, 20 ekor domba tersebut saya kembangkan," katanya.
Dalam setahun, 20 ekor domba itu berkembang menjadi 60 ekor, lalu berlipat ganda menjadi 120 ekor. Pada tahun 2009, Salim mulai mengembangkan sistem "gaduh" (berbagi kepemilikan) kepada para petani di desanya. Sistem ini tidak memerlukan kontrak tertulis, melainkan bagi hasil. "Jika kambing gaduhan beranak lima ekor, dua ekor untuk saya, dua untuk petani, dan satu ekor dijual dengan hasil dibagi dua," jelasnya.
Hingga kini, Salim memiliki total 8.600 ekor domba. Sebanyak 7.600 ekor di antaranya digaduhkan kepada 160 petani di Desa Sidomulyo. "Totalnya kisaran 7.600 ekor domba yang digaduh oleh 160 orang petani di Desa Sidomulyo," ungkapnya.
BACA JUGA:Kisah Kolaborasi PEPC dan PKBM Wana Bhakti Buka Pintu Pendidikan di Bumi Angling Dharma
Domba-dombanya bukan hanya dipasarkan di Jember, melainkan hingga ke luar daerah seperti Bogor, Surabaya, Malang, bahkan Samarinda. Dalam sebulan, Salim bisa menjual 260 ekor domba dengan keuntungan bersih minimal Rp 19 juta. Puncak keuntungan terjadi menjelang Hari Raya Kurban, di mana ia pernah mendapat pesanan 2.400 ekor dari satu pondok pesantren di Bondowoso.
Salim memasarkan dombanya tidak hanya dari mulut ke mulut, tetapi juga melalui media sosial. "Konsumen awalnya berkunjung ke Dinas Peternakan, lalu mampir ke sini. Akhirnya kenal, saya kenalkan jenis domba, dan mereka pesan," tambahnya.
BACA JUGA:Dari Dapur Rumah ke Etalase Bandara, Ini Kisah Sukses UMKM Bersama Rumah BUMN Binaan BRI
Beberapa jenis domba yang ia pelihara antara lain Morino, Dormas, Teksel, Sorpas, Ekor Besar, dan domba lokal. Domba Morino dan Teksel memiliki harga tertinggi, mencapai Rp 4,5 juta hingga Rp 5 juta, sementara domba lokal dibanderol sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta per ekor.