Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya
Nunung dan Toni saling pandang. Keduanya membatin: benarkah Ayah dapat merasakan kehadiran seseorang di kamar kerjanya? Tapi, mereka tidak peduli. Terus mencari benda-benda yang dianggap tidak lazim.
Usaha pasutri tersebut tidak sia-sia. Mereka menemukan sedikitnya belasan benda keramat. Jimat. Ada keris berukuran kecil. Ada Alquran Istambul mini bertuliskan tinta emas. Ada rajah di balik lipatan kopiah hitam kuno. Ada bungkusan tanah kering yang diyakini sebagai tanah kuburan. Ada rambut sepanjang kira-kira 10 meter tanpa sambungan dililit pita emas. Dll. Dsb. Dst.
Temuan ini membuat keduanya shock. Terutama Nunung. Dia tidak menyangka orang tuanya terjerumus ke dunia sesat sedalam ini. Perempuan energik ini merasa tubuhnya lemas. Seperti tidak punya tulang.
Tiba-tiba HP Nunung kembali berdering. Lagi-lagi dari ayahnya. Dengan malas dia menerima panggilan suara dari ayahnya. “Benarkah pintunya terbuka?” tanya ayahnya dari seberang.
Nunung tidak segera menjawab. “Kenapa Ayah? Masih tertutup rapat kok,” katanya kemudian, berbohong.
“Ya sudah. Jaga ibumu.”
Sebelum mengembalikan benda-benda tadi ke tempatnya semula, Toni mengambil gambarnya. Satu per satu, namun ada juga yang difoto secara kolektif. “Jangan sampai Ayah menyadari kamarnya ada yang obok-obok,” kata Nunung mengingatkan Toni agar teliti dan berhati-hati dan mengembalikan benda-benda tadi. Jangan sampai salah tempat.
“Jangan-jangan Ayah memasang CCTV di sekitar sini,” celetuk Toni, yang lantas mengawasi suasana sekitar. Nihil. Tidak ada sebentuk kamera atau yang serupa dengannya.
Mereka kemudian keluar. Lewat plafon. Sesampai kembali di kamar, tiba-tiba Toni memiliki ide untuk menanyakan manfaat dan tuah benda-benda jimat koleksi ayahnya. “Keesokan harinya aku membawa foto benda-benda tadi ke seorang paranormal di Tandes,” kata Toni, yang mengaku mengambil langkah itu atas saran seorang teman.Walau, dia sendiri sebenarnya tidak begitu percaya terhadap dukun, orang pintar, atau paranormal.
Menurut Toni, paranormal yang ditemuinya sangat terkejut mengetahui foto-foto jimat yang yang dia bawa. Paranormal tersebut, sapa saja Mbah Dugem, menginformasikan bahwa jimat yang dikoleksi mertua Toni tidak saja memiliki kekuatan untuk melindungi, tapi lebih dari itu: ada yang memiliki kekuatan untuk membunuh.
Mbah Dugem mencontohkan. Untuk pesugihan, mertua Toni bersekutu dengan jin bernama Nyi Sunti. Tugas Nyi Sunti adalah menghimpun kekayaan untuk Prayitno. Sebaliknya, Prayitno mencarikan tumbal anak perawan yang belum tersentuh kesuciannya sebagai penebus. Semakin banyak anak perawan yang dipersembahkan, semakin melimpah harta Prayitno.
Untuk menjalankan ritual, Prayitno diberi bekal khusus: boneka Barbie. “Caranya, Ayah menghadiahkan boneka tadi kepada perawan yang dipilih. Setelah boneka berada di tangan calon korban, Nyi Sunti akan menjemputnya. Dengan berbagai cara. Selanjutnya korban akan meninggal dengan cara tidak wajar,” kata Toni menirukan omongan Mbah Dugem.
Hati Toni tiba-tiba deg-degan dan dadanya mendadak terasa panas. Seperti sedang diselimuti bara. Dia teringat kematian Nia (adik kandung Nunung, bukan nama sebenarnya) yang tiba-tiba, beberapa tahun lalu. Saat itu Toni baru akan menikah vs Nunung. Apa yang terjadi? (bersambung)