Surabaya, memorandum.co.id - Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan menggelar Nuzulul Quran Online dengan melakukan Khotmil Quran Kubro 2020 kali pada Sabtu (9/5). Khotmil Quran Kubro tersebut akan digelar online pada pukul 20.30 hingga 22.00 di Gedung Negara Grahadi dengan penceramah utama Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Dr KH Nasaruddin Umar MA.
Kegiatan Nuzulul Quran Online itu akan disiarkan langsung melalui siaran televisi, dan juga streaming melalui media sosial resmi Pemprov Jatim.
Khotmil Quran Kubro 2020 kali secara online itu juga akan diikuti oleh Forkopimda Jawa Timur, 4.000 hafidz hafidzah, dan 17 bupati wali kota ikut membaca bergantian pada juz ke-30, yakni bupati Sumenep, Tuban, Banyuwangi, Jombang, Bangkalan, Bondowoso, Bojonegoro, Pasuruan, Kota Malang, Sidoarjo, Trenggalek, Madiun, Kota Kediri, Lumajang, Pamekasan, Malang, dan Ponorogo.
Sementara, sebelumnya Gubernur Khofifah Indar Parawansa juga meminta seluruh guru dan tenaga kependidikan di Jatim turut mendorong minat baca siswa berbasis digital guna menghadapi era industri 4.0.
Tekad itu dikatakan gubernur perempuan pertama Jatim tersebut sangat selaras dengan ayat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW yaitu Iqra yang artinya adalah bacalah.
“Sebentar lagi kita memasuki malam Nuzulul Quran, ini tentunya menjadi pengingat bagi kita semua. Bahwa di dalam Alquran dijelaskan pada saat ayat pertama diturunkan yakni Iqra yang artinya bacalah, tergambar jelas bahwa semua umat manusia diperintahkan untuk senantiasa membaca,” ungkapnya saat menyampaikan sambutan lewat layar virtual pada Webinar Pendidikan di Gedung Negara Grahadi.
Terutama karena saat ini Jawa Timur menempati peringkat ke 26 dari 34 Provinsi se Indonesia dengan nilai indeks aktivitas literasi membaca (alibaca) Tahun 2019 yang berada di kisaran 33,19. Jatim, kata dia, masuk dalam kategori provinsi dengan indeks literasi yang rendah.
Ia menyebut, indeks literasi yang digagas oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini mengukur dari empat indikator yaitu kecakapan membaca, budaya membaca, akses internet, dan akses perpustakaan.
Dengan data yang menunjukkan minat baca siswa Jatim masih rendah, menurutnya semangat literasi harus terus digencarkan sejak dini. Sehingga guru dan tenaga pendidikan di sekolah memiliki PR yang besar untuk bisa mendorong budaya literasi di kalangan generasi millenial dan generasi Z.
“Data tersebut seharusnya menjadi pendorong bagi kita bersama untuk meningkatkan literasi anak-anak di Jatim. Jangan anggap sepele, karena sangat berpengaruh terhadap daya saing Jatim kedepan,” imbuhnya. (yok/gus)