Oleh: Adhin Ramadhan Khayatullah
Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media Surabaya
Universitas Ciputra
Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara kita berkomunikasi secara drastis.
Internet dan media sosial telah membuka pintu bagi berbagai bentuk komunikasi yang lebih cepat, lebih luas, dan lebih interaktif. Namun, di balik kemajuan ini, terdapat tantangan etis yang kompleks dan menuntut perhatian serius.
Seiring dengan perkembangan teknologi, cara kita berkomunikasi telah mengalami transformasi signifikan. Sebelum era digital,
komunikasi terutama dilakukan melalui media tradisional seperti surat kabar, televisi, radio, dan telepon.
Informasi yang disampaikan melalui media ini cenderung lebih terkontrol dan melalui proses penyuntingan yang ketat.
Namun, dengan munculnya internet dan media sosial, setiap individu memiliki kemampuan untuk menyebarkan informasi secara langsung kepada khalayak luas. Platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube memungkinkan siapa saja untuk menjadi penyiar berita, pembuat konten, atau pemengaruh (influencer).
Kemudahan akses ini membawa serta kekuatan besar, namun juga menimbulkan tantangan etis yang harus dihadapi.
Tantangan Etika Komunikasi di Era Digital
1. Penyebaran Informasi yang Cepat dan Tidak Terverifikasi
Salah satu tantangan terbesar dalam komunikasi digital adalah kecepatan penyebaran informasi. Informasi dapat menyebar dalam hitungan detik tanpa adanya verifikasi atau pengecekan fakta yang memadai.
Hal ini sering kali mengakibatkan penyebaran informasi yang tidak akurat atau bahkan hoaks. Misalnya, dalam beberapa kasus, berita palsu yang tersebar melalui media sosial telah menyebabkan kepanikan, kerusakan reputasi, atau bahkan konflik sosial.
Etika komunikasi menuntut agar setiap individu yang menyebarkan informasi memastikan kebenaran dan keakuratannya. Hal ini membutuhkan kesadaran kritis dan tanggung jawab dalam memverifikasi sumber informasi sebelum membagikannya kepada orang lain.