BACA JUGA:Dari Surabaya Menuju Jawa Timur, Risma Berkomitmen Wujudkan Transformasi Berkelanjutan
BACA JUGA:Majukan Ponpes, Risma Janji Akses Pendidikan dan Teknologi Memadai untuk Semua Pesantren di Jatim
Sedangkan Gus Hans, walaupun berlatar belakang tokoh Pesantren dengan jaringan yang kuat, juga politisi Partai berlambang pohon beringin. Sebagai Wakil Ketua Golkar Jawa Timur, tentu turut berkontribusi dalam membesarkan Partai yang dinahkodai Muhammad Sarmuji, yang kini duduk sebagai Sekjen Partai yang dipimpin Bahlil Lahadalia. Artinya, dunia politik tidak anyar bagi Gus Hans. Jadi, terbantahkan bahwa, Pengasuh Pesantren Queen Al-Azhar Darul Jombang itu tak punya bekal politik yang cukup.
Sempat pula digadang-gadang berlaga di Pilkada Kabupaten Jombang, tapi akhirnya masuk radar untuk Pilkada Jawa Timur karena memiliki rekam jejak politik adu gagasan dan politik keadaban yang layak diperjuangkan.
Pada ruang prestasi yang lain, Ibu Risma mampu menutup Gang Dolly yang eksis sejak 1965, dan menyediakan lapangan pekerjaan pada mereka, eks penghuni lokalisasi itu. Ibu Risma memilih memimpin langsung dalam melakukan proses penutupan Dolly karena karakter dasarnya tak biasa memerintahkan atau mengandalkan bawahan.
Tepatnya, pemimpin yang baik, yang selalu berada di depan. Bukan di belakang meja dengan setumpuk disposisi kerja. Jika kita tengok ke belakangan, sudah berapa kepemimpinan di Surabaya, bahkan Provinsi Jawa Timur, namun minus leadership skill untuk mencari jalan keluar bagi prostitusi yang kerap dikunjungi pria tak sejati. Ibu Risma menjadi lentera kebahagiaan, yang manfaatnya, dirasakan oleh masyarakat. Baik kalangan muslim maupun non muslim.
BACA JUGA:Risma Siap Jadi Agen Pemasaran Produk Lokal Pasuruan, Dorong Pelaku Usaha dan Kreativitas Anak Muda
BACA JUGA:Tri Rismaharini Disambut Harapan Pedagang Pasar Lekok untuk Kebangkitan Ekonomi
Pada bagian lain, berkat kerja keras dan nilai (value) yang melekat sebagai birokrat toleran-penjaga keberagaman, Ibu Risma pernah dinobatkan sebagai 50 pemimpin terbaik dunia, dan Wali Kota terbaik ketiga di dunia. Namun, penghargaan bergensi itu tak membuat Ibu Risma berpuas diri.
Ia terus bekerja hingga wajah Kota Surabaya menjadi sebersih dan seindah seperti saat ini. Karena keibuan yang terpancar dalam diri Ibu Risma, dan jiwanya yang terpanggil saat menyaksikan masyarakat yang teraniaya dan miskin, ia kemudian masuk dalam 10 wanita paling menginspirasi karena berhasil memimpin Kota Surabaya, seperti dilansir dalam majalah kenamaan: Forbes.
Tak terkecuali, apakah Ibu Risma dan Gus Hans bersungguh-sungguh ingin mewujudkan Jawa Timur yang bersih dari korupsi? Jawabannya, iya! Mari kita uji. Jauh sebelumnya, Ibu Risma pernah menerima penghargaan Bung Hatta Anti Korupsi Award karena berhasil mengeluarkan terobosan lelang pengadaan barang elektronik, yang berjalan secara transparan tanpa diikuti gratifikasi.
Dalam konteks ini, diantara tiga Paslon Pilgub Jatim, hanya Ibu Risma yang mendapatkan penghargaan sebagai pemimpin yang anti korupsi.
BACA JUGA:Atasi Masalah Sampah, Risma Bakal Perluas Kader PKK Ala Kota Surabaya ke Seluruh Jatim
Nah, dari sisi kualifikasi profesionalisme dan kontribusinya dalam dunia tata kelola (arsitektur), Ibu Risma mendapatkan gelar Doktor kehormatan dari kampus ternama di Busan, Korea Selatan (Korsel) di mana sebelumnya gelar Doktor Honoris Causa diberikan oleh Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya dalam kategori serupa.
Apa konfirmasinya, Ibu Risma bukanlah pemimpin yang ahli merangkai kata. Namun, terbiasa menyajikan fakta prestasi mendunia, yang disaksikan dan dirasakan langsung oleh berjuta asa.