Risma dikenal sebagai birokrat yang jelas dan bersih, mengajak seluruh orang yang bekerja dengannya untuk jujur, toleran, dan giat menjaga keragaman warganya.
BACA JUGA:Yenny Wahid-Khofifah Puncaki Survei Elektabilitas Cawapres Perempuan, Pengamat: Bisa Ngemong
Dari panggung debat, terlihat kharisma dan daya pikat Khofifah mulai tergerus. Kehadiran Risma sebagai penantang, mulai mencuri perhatiannya sebagai lawan yang tak bisa diremehkan.
Bukan apa-apa, Risma dikenal sebagai pekerja keras sejak menjabat Wali Kota Surabaya 2010 sampai 2020 hingga dinobatkan sebagai pemimpin terbaik dunia. Lawan politiknya boleh mengatakan, Risma berpengalaman memimpin satu Kota. Masih ada 37 Kota dan Kabupaten di Jawa Timur. Namun, harus di ingat, Kota Surabaya adalah Ibu Kota Provinsi dan jantungnya Jawa Timur.
Dari sini, Kans Risma-Gus Hans dalam memenangkan Pilgub Jatim cukup terbuka. Jika publik mencermati hasil polling kompas.com pasca debat calon Gubernur Jawa Timur, sungguh mengagetkan. Pasalnya, pasangan Risma-Gus Hans unggul 43 persen dari dua kandidat lainnya. Khofifah-Emil 37 persen, Luluk-Lukman 8 persen dukungan publik.
Apalagi, polling yang digelar beritajatim.com di platform X lebih mengernyitkan dahi. Betapa tidak, Risma-Gus Hans memperoleh 44,9 persen suara, Khofifah-Emil 24,5 persen suara, Luluk-Lukman 30,6 persen suara. Praktis, petahana berada di titik terendah pada polling ini. Apa konfirmasi dari kedua polling di atas? Menunjukkan bahwa Risma-Gus Hans mampu mencuri perhatian publik karena solusi-solusi yang ditawarkan dalam mengatasi persoalan Jawa Timur.
BACA JUGA:Blusukan ke Kota Malang, Cagub Risma Tinjau Sungai Bandulan dan Tawarkan Solusi Atasi Banjir
Pada performa debat perdana, Risma mampu mencuri perhatian pemirsa, sedangkan Gus Hans sebagai pasangannya tampil dengan baik. Misalnya, apa yang dilakukan Gus Hans terkait wisata religi di Indonesia, mendapatkan pengakuan dari Emil, pasangan Khofifah. Tak mengherankan karena sosok Gus Hans bukanlah politisi anyar, bahkan memahami betul problem Jawa Timur berikut solusi-solusi alternatif yang aplikatif, dipaparkan dalam debat perdana Jumat lalu.
Sebagian besar publik bergumam, perhelatan Pilgub Jatim kali ini, tak lain pertarungan sosok Khofifah dengan Risma. Juga, jika ditarik pada 5 tahun ke belakang, pertaruhan seorang Khofifah dengan Gus Hans, Juru Bicara yang dengan kekuatan jaringan yang begitu kuat di seluruh daerah, telah berkontribisi mengantarkannya ke Grahadi satu.
Apakah ada jaminan, petahana dengan mesin politik yang memadai, dukungan Parpol yang gemuk dan kekuatan biaya politik pasti memenangkan peperangan? Dalam teori perbandingan petahana melawan penantang yang berpengalaman dalam studi perbandingan kekuatan politik di Pilkada (Diki, Zulfa, 2020), tak ada jalan mulus ke sana. Bahkan, jika tak mampu menyuguhkan "pertahanan" yang baik, potensi kalah menganga di depan mata.
BACA JUGA:Malam Hari Risma Susuri Sungai, Cari Solusi Banjir di Pasuruan
Tren survey Khofifah-Emil cenderung menurun dan Risma-Gus Hans merangkak naik. Misalnya, menilik hasil survey IndoPol yang, jika satu lawan satu (head to head) dan Pilgub Jatim digelar dua pekan lalu, Risma-Gus Hans menempati 34,75 persen sedangkan Khofifah-Emil 46,38 persen. Selisih 12 persen! Padahal, masa kampanye masih menyisakan lima pekan.
Artinya, ada waktu yang signifikan bagi Paslon nomor urut 03 untuk mengejar elektabilitas Khofifah-Emil. Dan, bukan tidak mungkin, Risma-Gus Hans berpotensi menyalip secara signifikan dan potensial menjadi kabar buruk bagi Khofifah-Emil.