SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Ketua Umum Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jatim Tonny Wahyudi mengungkapkan bahwa Bulutangkis Indonesia saat ini sudah mulai tertinggal jauh dari negara-negara pesaing. Hal ini disampaikan Tonny Wahyudi usai pembukaan Kejuaraan Piala Kajati Jatim Cup 2024 di GOR Sudirman, Kamis 26 September 2024.
BACA JUGA:Kajati Jatim Cup 2024, Ketum PBSI Jatim Berharap Penerus Dr Mia Amiati Meneruskan Kejuaraan Ini
"Saya melihat kita mulai agak tertinggi jauh dari negara-negara lain seperti Malaysia, Korea Selatan, India apa lagi. Tapi notabene pelatih-pelatih itu adalah pelatih dari Indonesia semua," ujar Tonny Wahyudi.
BACA JUGA:Ketua PBSI Jatim Tonny Wahyudi: Pembuktian Atlet Jatim di Event Nasional Piala Gubernur Jatim 2023
Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, pembangunan GOR-GOR baru perlu dilakukan agar animo tinggi pencinta bulutangkis bisa disalurkan. Alhasil bibit-bibit atlet muda bisa mudah didapatkan.
"Dengan adanya GOR-GOR baru ini diharapkan para pelatih-pelatih yang berkakir diluar negeri bisa kembali untuk melatih bibit-bibit muda pebulutangkis," kata pria yang akrab disapa Yudi itu.
BACA JUGA:Kajati Jatim Buka Piala Kajati 2024, Bidik Bibit Atlet Bulutangkis Masa Depan
Ketua HDCI Jatim itu melanjutkan bahwa saat ini Kejuaraan Piala Kajari Jatim Cup 2024 ini masih untuk poin ranking Jatim belum poin ranking nasional. Namun apabila tiap tahun terus digelar, ke depannya bisa diajukan untuk poin nasional.
BACA JUGA:Ketum PBSI Jatim Tonny Wahyudi, Sosok Dibalik Suksesnya Kejuaraan Bulutangkis Kapolda Jatim 2024
"Karena apa? Karena kita mempunyai komitmen jikalau diadakan 2 kali berturut-turut, itu kita bisa mengajukan sebagai poin ranking nasional. Seperti halnya Piala Kapolda maupun Piala Gubernur," jelasnya.
Kejuaraan yang selalu diselenggarakan setiap tahun ini pastinya akan ada keuntungan bagi para atlet bulutangkis. Karena para atlet bisa berkancah dan berkompetisi di level nasional.
BACA JUGA:Tonny Wahyudi Dukung Fadil Imran di Munas PBSI yang Digelar di Surabaya
"Karena para atlet usia dini ini pasti ingin menunjukkan jati dirinya, mencintai olahraga bulutangkis. Karena hidup adalah pilihan apakah mau jadi atlet atau akademisi," tuturnya. (rid)