Ada Gimik Politik 3 Perempuan Berebut Panggung Pilgub Jawa Timur

Selasa 10-09-2024,12:33 WIB
Reporter : Rahmad Hidayat
Editor : Fatkhul Aziz

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Pertarungan menuju kursi Gedung Negara Grahadi dipastikan semakin seru. Pasalnya partai politik yang mempunyai hak mendukung paslon gubernur-wakil gubernur sama-sama mengajukan tokoh perempuan dan millenial.

Pengamat politik dari UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Andri Arianto MA menyebutkan, di pilgub Jatim ada gimik politik. Sehingga sebagai partai politik penantang, tidak ada pilihan lain calon yang mereka dukung harus tokoh perempuan. Hal ini menandingi koalisi besar partai politik pendukung Khofifah Indar Parawansah–Emil Dardak. “Kita tahu ada 15 Parpol pengusung KIP-Emil,” sebut Andri.

Oleh karena itu, lanjut pakar politik yang dibesarkan oleh gerakan reformasi 98 ini, PDIP dan Hanura harus memiliki sosok tokoh yang sama. Sehingga muncul Cagub Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans). “Harapannya ketokohan Risma dan Gus Hans juga bisa menjadi pesaing Khofifah-Emil di Pilgub 27 November 2024,” tandas Andri.

BACA JUGA:Jemaah Pengajian Gus Iqdam Doakan Khofifah Terpilih Kembali di Pilgub Jatim

Sejalan dengan kepentingan yang sama, PKB dengan pemilik kursi terbesar di parlemen Jawa Timur juga mengusung Cagub Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Khakim.

“Sehingga keputusan koalisi parpol besar yang mendukung Khofifah-Emil harus dilawan dengan gimik politik. Hasilnya, PDIP dan Hanura mendukung Tri Risma-Gus Hans, sementara PKB mengusung Luluk-Lukman,” sebutnya kembali.

Namun menjadi pertanyaan publik, bukan saja calon kepala daerah perempuan. Namun calon yang diajukan apakah hanya sebagai pesaing menuju kursi Gedung Negara Grahadi ataukah ketiga pasangan calon mempunyai visi-misi dan program kerja 5 tahun ke depan yang benar-benar bisa menyejahterahkan rakyat.

BACA JUGA:KPU Pastikan 3 Bakal Calon Kepala Daerah Mampu Ikuti Pilgub Jatim

Seperti diketahui, lanjut alumnus Fisip Unair ini, bahwa Khofifah-Emil kedua kali maju untuk kursi gubernur. Karena kepemimpinan keduanya dianggap berhasil. “Sampai saat ini Khofifah sebagai mantan gubernur elaktabilitas masih baik, maka harus dilawan dengan gimik politik yang sama,” tandasnya. 

Menjadi persoalan, jika produksi gender atau sama saja dengan gubernur lainnya. “Nyatanya majunya Khofifah tidak bayak penolakan dari kaum perempuan. Karena itu PDIP dan Hanura serta PKB menggunakan kekuatan perempuan untuk melawan,” kata dia.

Sampai saat ini, belum ada gagasan yang muncul dari para calon gubernur. Masih menunggu ide gender yang kuat. Perempuan jauh lebih seksi sebagai dukungan kekuasaan tertinggi. 

BACA JUGA:3 Perempuan Tangguh Bertarung di Pilgub Jatim 2024

“Sehingga bagi penantang yang sama. Di posisi utama perempuan ada isu perspektif gender yang kuat. Termasuk menunggu suara milenial yang jumlah perempuan juga besar,” urai Andri.(day)

Kategori :