Tradisi Nyadran, Perayaan Syukur dan Harmoni Suku Tengger di Lumajang

Minggu 08-09-2024,15:06 WIB
Reporter : Agus Sucipto
Editor : Fatkhul Aziz

LUMAJANG, MEMORANDUM.CO.ID - Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, masyarakat Suku Tengger menggelar tradisi Nyadran dengan penuh khidmat. Tradisi ini diadakan setiap perayaan Hari Raya Karo yang jatuh pada tanggal 15 bulan Karo dalam kalender Saka. 

Nyadran menjadi puncak dari rangkaian perayaan Hari Raya Karo yang diselenggarakan pada tahun 2024 ini. Momen ini menjadi ajang penting bagi warga Tengger untuk mempererat hubungan spiritual dengan leluhur mereka.

Menurut Pj. Kepala Desa Ranupani, Bambang Sugianto, pelaksanaan tradisi Nyadran adalah bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Raya Karo.

BACA JUGA:Tradisi Tengger, Kisah Unan-unan Sebagai Warisan Budaya Desa Ranupani Lumajang

"Tradisi Nyadran ini digelar pada puncak atau penutupan Hari Raya Karo 2024," ungkapnya saat dimintai keterangan di kediamannya, Minggu 8 September 2024.

Masyarakat Desa Ranupani berpartisipasi dengan penuh antusias dalam prosesi ini, menjaga semangat gotong royong dan kekompakan antar warga.

Upacara Nyadran dipimpin oleh dukun adat setempat, yaitu Romo Dukun Kariyoleh, Ngato, dan Suwarno. Mereka adalah figur penting dalam masyarakat Suku Tengger, yang memegang peranan sebagai penjaga tradisi dan penghubung spiritual antara warga dan leluhur mereka.

BACA JUGA:Taman Nasional Bromo Tengger Semeru: Petualangan Alam yang Memukau

Dalam prosesi ini, para dukun adat memanjatkan doa-doa khusus untuk memohon berkah dan keselamatan bagi seluruh anggota komunitas.

Tradisi Nyadran sendiri dimulai dengan warga berbondong-bondong menuju makam leluhur mereka. Dengan membawa bunga dan sesajen, mereka berjalan kaki ke area pemakaman yang menjadi tempat peristirahatan para pendahulu.

Setibanya di makam, mereka melakukan tabur bunga sebagai simbol penghormatan terhadap para leluhur, sekaligus sebagai wujud syukur atas kehidupan yang mereka jalani.

BACA JUGA:Masyarakat Suku Tengger Ranu Pani Rayakan Yadnya Karo Tanpa Kunjungan Wisatawan

Prosesi tabur bunga ini bukan sekadar ritual biasa, melainkan manifestasi dari keyakinan kuat masyarakat Suku Tengger akan pentingnya menghormati leluhur. Mereka percaya bahwa roh-roh leluhur berperan dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan keluarga dan desa.

Dengan memanjatkan doa di makam leluhur, mereka berharap mendapatkan restu dan perlindungan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Selain aspek spiritual, Nyadran juga memiliki nilai sosial yang sangat penting bagi Suku Tengger. Tradisi ini tidak hanya mempererat hubungan antarwarga, tetapi juga menjadi momen untuk memperkuat ikatan antar generasi. Anak-anak dan remaja diajak untuk ikut serta dalam prosesi ini, belajar tentang pentingnya menghormati tradisi dan nilai-nilai yang diwariskan oleh leluhur.

Kategori :