Lebih lanjut, ambisi Brew a Better World 2030 juga mencakup aspek keberlanjutan sosial. Di dalam ambisi tersebut, MBI berfokus untuk memberikan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan berbagai mitra dari lembaga swadaya masyarakat.
“Kami menyadari bahwa kolaborasi adalah kunci. Terlebih untuk mewujudkan ambisi Brew a Better World, kami membutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk para penerima manfaat untuk bersama-sama menciptakan dampak positif bagi masyarakat,” tuntas Bambang.
Sementara itu, kepala program Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) Nurul Firmansyah mengapresiasi upaya MBI.
Sebagai bagian dari kelompok yang mendukung keberlanjutan lingkungan, YBLL menilai langkah MBI sangat berdampak signifikan.
“Pencapaian keseimbangan air dan DAS yang sehat itu penting tidak hanya bagi masyarakat, tetapi bagi lingkungan dan ekosistem di dalamnya. Kami bangga dapat berkolaborasi dengan Multi Bintang Indonesia dan mewujudkan keseimbangan air hingga 132% di DAS Brantas dan sekitar PT Tirta Prima Indonesia,” ujar Nurul Firmansyah.
Di Kabupaten Mojokerto, MBI dan YBLL aktif beroperasi pada area yang rentan mengalami kekeringan.
Tanaman bambu, yang memiliki segudang manfaat, digunakan untuk membantu merehabilitasi kualitas air pada kawasan DAS Brantas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
“Pemilihan bambu karena tumbuhnya cepat, memiliki akar yang kuat, sehingga mampu menampung jumlah air yang banyak serta membersihkan air dari polusi,” sambung Nurul.
Hasilnya, kedua pihak telah melakukan reforestasi seluas 204 hektar atau sebanyak 244.000 rumpun bambu di sepanjang DAS Brantas.
Selanjutnya, MBI bekerja sama dengan Wahana Edukasi Harapan Alam Semesta (Wehasta) untuk mengelola sampah guna membantu meningkatkan sirkularitas, manajemen air bersih, dan memberikan pelatihan kepada komunitas lokal sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat.
Demi mewujudkan hal tersebut, MBI dan Wehasta mendirikan TPS3R (Tempat Pembuangan Sampah Reduce-Reuse-Recycle) dan bank sampah.
Didirikannya dua fasilitas tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya sampah domestik rumah tangga yang mencemari DAS. Kedua sarana tersebut menjadi tempat untuk mengelola sampah rumah tangga guna mengurangi jumlah timbunan sampah yang dibuang ke permukaan air.
Dengan begitu, menjaga kesehatan DAS sekaligus memberdayakan dan memperkuat ekonomi lokal masyarakat.
Sisyantoko atau akrab disapa dengan panggilan Cak Toko dari Wehasta mengatakan bahwa kegiatan edukasi dan pemberdayaan masyarakat pun gencar dilakukan.
"Sejauh ini, kami sudah menjangkau 3.125 anggota masyarakat dan memberikan informasi seputar pengolahan sampah, pembuatan kompos, pembibitan, dan pertanian organik," tandasnya.
Hingga saat ini, sudah terdapat 2 TPS3R dan 316 unit bank sampah. Dari banyaknya jumlah unit bank sampah tersebut, sudah ada 14.615 nasabah dengan dampak ekonomi yang mencapai Rp 56.940.415 sejak tahun 2023 hingga Q1 2024.