Inilah Alur Drama Kolosal di Hari Juang Polri di Surabaya

Selasa 20-08-2024,19:41 WIB
Reporter : Farid Al Jufri
Editor : Ferry Ardi Setiawan

BACA JUGA:Cegah Sengketa dan Konflik Pertanahan, Kantah Kota Surabaya I Gelar Sosialisasi

Masih lanjut Heri Lentho, bahwa kabar kemerdekaan Republik Indonesia tidak bisa diterima oleh para interniran Belanda yang berada di Surabaya. Untuk menunjukkan akan kembali menjajah Dan berkuasa bumi Indonesia. Dengan mengatasnakan Palang Merah International dan Lembaga RAFWI mereka merayakan Hari Ratu Wilhelmina dengan mengibarkan bendera Belanda di Hotel Yamato, Surabaya.

BACA JUGA:Soroti Permasalahan Surat Ijo, Begini Kata Komisi A DPRD Surabaya

Atas kejadian itu, sontak membuat marah seluruh arek Surabaya, begitu juga polisi yang selalu siaga. Salah satunya sosok Hariyono, ajudan Residen Sudirman yang berpakaian polisi dan Sidik telah mendampingi Residen untuk menegur dan meminta Mr Ploegnan dan kawan-kawan agar segera menurunkan bendera Belanda. 

BACA JUGA:Surabaya Bidik Transportasi Air untuk Atasi Kemacetan, Luncurkan Taksi Air 2025

"Terjadi perdebatan dan perkelahian, di saat yang genting Hariyono sebagai ajudan, menyelamatkan Residen Sudirman. Dan berinisiatif menaiki gedung untuk merobek bendera warna biru dengan digigit dan berkibarlah Merah Putih," ungkapnya. 

BACA JUGA:Jelang Pilkada 2024, Polsek Semampir Intensif Gelar Patroli Gabungan Tiga Pilar

Kemudian terdengarlah sirine dan kendaraan sekutu melintas dengan menyebarkan ultimatum untuk menyerah. Yang direspons dengan suara arek Suroboyo yang siap melawan ancaman sekutu dan ditambah pidato Bunga Tomo mengudara yang semua mendengarkan, lantas di pagi hari terjadilah pertempuran 10 November 1945.

BACA JUGA:Operasi Mantap Praja Semeru di Lamongan Siap Mengawal Pilkada 2024

"Perlawanan arek-arek Suroboyo dan para laskar rakyat berdatangan ke Surabaya, begitu juga komponen tentara Rakyat, dan tentara pelajar bersatu melawan Sekutu yang kita ketahui 10 November sebagai hari Pahlawan," pungkasnya. (rid)

Kategori :