MALANG, MEMORANDUM - Pengembangan inovasi untuk mewujudkan pelayanan publik yang optimal dan inklusif saat ini menjadi sebuah keharusan. Kali ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang melalui SMP Negeri 2 Kota Malang mengembangkan sebuah terobosan pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus dengan mengusung nama Sinau Mandiri Bersama Anak Satwimaba Istimewa (SIMBA ASIA).
BACA JUGA:Pj Wali Kota Malang Pantau Perekaman E-KTP Pemula
Hal serupa juga dilakukan SMP Negeri 13 Kota Malang yang memberi atensi khusus bagi siswa istimewa dengan mengembangkan metode pembelajaran bertajuk Layanan Siswa Istimewa Galas Berwirausaha (NASI TIGA BERAS).
Kedua inovasi pembelajaran ini merupakan jawaban atas kebutuhan pembelajaran diferensiasi bagi siswa istimewa. Penerapan kedua metode tersebut berkiblat pada kurikulum nasional yakni Merdeka Belajar yang diharapkan bisa melayani anak spesial sehingga bisa tumbuh secara optimal.
BACA JUGA:Polres Batu Sosialisasikan Pilkada 2024 di SMA
SIMBA ASIA dan NASI TIGA BERAS dengan semangat pendidikan inklusifnya menjadi sebuah implementasi Merdeka Belajar yang lahir untuk menciptakan pembelajaran berkualitas dengan disesuaikan kebutuhan dan kondisi siswa.
Kepala SMPN 2 Kota Malang Riatiningsih menyampaikan inovasi SIMBA ASIA mulai diterapkan sejak tahun 2023.
“Setelah melakukan asesmen terhadap peserta didik yang hasilnya teridentifikasi 17 anak istimewa yang membutuhkan pendampingan khusus,” sebutnya.
BACA JUGA:Polres Malang Kembali Salurkan Bantuan UMKM
Siswa istimewa ini memiliki kebutuhan yang berbeda-beda karena terdiagnoasa tunagrahita, slow learner, gangguan belajar spesifik, intellectual disability, dan underachiever. Akibatnya, siswa ini mengalami hambatan akademis dan mental sehingga belum bisa mandiri dan belum memiliki keterampilan hidup.
Inovasi SIMBA ASIA ini hadir untuk memfasilitasi dan mengoptimalkan potensi siswa istimewa melalui pembelajaran berdiferensiasi dan bermakna untuk menjadi pribadi mandiri.
Ria menerangkan dalam inovasi SIMBA ASIA ada dua pendekatan yang digunakan, yakni pembekalan kemandirian dan adanya Sahabat Siswa.
BACA JUGA:Menteri ATR/Kepala BPN Serahkan Sertipikat Tanah kepada Masyarakat Sijenjang, Kota Jambi
Dalam pembekalan kemandirian, siswa diberi pelatihan melakukan kegiatan yang bagi orang normal merupakan sebuah hal sederhana namun sulit dilakukan bagi mereka yang berkebutuhan khusus seperti memasang kancing, menjahit sederhana, menggoreng telur, bahkan menyeterika.
“Jadi kita latih hal-hal sederhana agar mereka bisa lebih mandiri, ya kegiatan yang sehari-hari kita lakukan,” lugasnya.