GRESIK, MEMORANDUM - Nelayan di Pulau Bawean sudah memasuki musim melaut pada Juli ini. Beberapa nelayan pun banyak menghasilkan ikan untuk dijual demi mendapat keuntungan. Namun, hal tersebut tidak seperti yang diharapkan para nelayan.
BACA JUGA:Ayah dan Anak di Gresik Kompak Bacok Tetangga, Pergoki Chat Mesra di HP Istri
Mereka yang biasanya melaut di dermaga Instalasi Pelabuhan Perikanan Pantai (IPPP) Bawean, tidak bisa menggunakan fasilitas sarana pra sarana (sarpras) di area tersebut. Mirisnya, sarpras di pelabuhan itu banyak tak berfungsi.
Utamanya sarana penyedia es batu. Hal itu, menjadikan harga ikan jadi murah. Bahkan, tak sedikit para nelayan membagikan hasil ikan secara gratis kepada warga setempat. Hingga ada yang dibuang karena sudah tidak bisa awet dan menjadi membusuk.
BACA JUGA:Urban Farming Melon di Lahan Fasum Berbuah Manis, Poktan Jemurwonosari Panen 325 Melon
Salah satu nelayan, Zaenal yang juga anak buah kapal porsen mengeluhkan harga ikan yang drastis dan murah. Awalnya ikan hasil tangkapan dibeli per keranjang ukuran 50 kg dengan harga Rp 150 ribu.
"Akibat persediaan es batu dan coolbox yang tidak memadai, akhirnya pengepul hanya mampu membeli sisa ikan milik nelayan dengan harga Rp 80 ribu, itupun untuk dikeringkan," kata dia.
Menurut dia, saat musim ikan, nelayan porsen masih kesulitan untuk menjual ikan hasil tangkapan. Para pengepul biasanya membeli ikan hasil tangkapan nelayan disesuaikan dengan persediaan es batu dan coolbox.
BACA JUGA:Parkir Liar Menjamur di Surabaya, Eri Cahyadi: Turun Semua Jangan Ndekem di Kantor Ae
"Sebanyak 6 kapal nelayan Jumat 12 Juli memperoleh hasil tangkapan ikan hingga mencapai 20 ton. Ikan hasil tangkapan itu dibeli dua pengepul asal Bawean. Jamil asal Dusun Bangkalan, Desa Sawahmulya, dan Irwan asal Dusun Bangsal, Desa Dekatagung," papar dia.
Senada disampaikan Mosleh, Nakhoda KM RIGER 933. Bahwa saat musim ikan layang (rencek istilah Bawean) sekarang ini, rata-rata perahu porsen mendapat ikan hasil tangkapan mencapai 2 ton hingga 4 ton tiap harinya.
"Namun saat menjual ikan sering mengalami kesulitan hingga tidak laku di pasaran. Kami kadang juga berenti melaut karena masalah ini," tandas dia.
BACA JUGA:Kemenkumham Maluku Buka Ruang Dialog Bahas UU Bantuan Hukum
Untuk itu, pihaknya berharap pemerintah terkait. Khususnya Dinas Perikanan Provinsi Jatim yang mempunyai wewenang di IPPP Bawean, bisa memberikan fasilitas kepada nelayan.
"Ini sangat miris sekali, pemerintah membangun tapi kesannya seperti mubazir. Alias hanya pembangunan bangunan saja, tidak disertai fasilitas memadai. Bahkan ada bangunan yang mangkrak di area IPPP ini. Semoga nanti ada prasarana penunjang di Pulau Bawean, seperti tempat pelelangan ikan (TPI), dan pabrik es balok," papar dia.