Putus Asa, Diingatkan: Hidup Masih Koma, Belum Titik

Sabtu 16-02-2019,10:04 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Yuli Setyo Budi, Surabaya Perjuangan Bu Nyai tidak selalu selamanya mulus. Orang tua Azam ternyata sudah menjodohkan anaknya dengan putri sahabat ayahnya yang menduduki jabatan tinggi di pemerintahan. Tak hanya mengecewakan langkah Bu Nyai untuk mempersatukan Dijah vs Azam, penjelasan orang tua Azam sekanjutnya bahkan melukai hati Bu Nyai. Waktu itu ayah Azam bercerita dengan bangga bahwa gadis yang jadi calon menantunya adalah mahasiswa yang sedang berkuliah di Kanada. Ada nada kesombongan pada nada bicara ayah Azam. Beruntung hal ini segera dimaklumi Bu Nyai, karena latar belakang lelaki paruh baya tersebut memang agak jauh dari agama. Kalau pada akhirnya Azam mondok di pesantrennya, itu karena kemauan Azam sendiri dan perjuangan ibunya. Dijah lantas membeberkan keberadaan keluarga Azam yang kurang harmonis. Intinya, ayahnya yang suka memaksakan kehendak berkiblat pada gaya hidup liberal, sedangkan ibunya yang alumni pesantren selalu bersandar pada agama. Meski tidak pernah menemukan titik temu setiap menghadapi persoalan, mereka membiarkan semua berjalan apa adanya. Menunggu garis nasib yang menentukan, begitu istilah ayah Azam. Salah satu contohnya saat Azam lulus SMP. Terjadi tarik ulur ayah dengan Azam. Waktu itu ayah bersikukuh Azam melanjutkan pendidikan ke luar negeri, sementara Azam ngotot ingin masuk pesantren. Dia didukung ibunya. Azam memang tidak seperti kakak-kakaknya yang selalu menuruti kehendak ayah melanjutkan pendidikan di luar negeri. Sejak SMA semua saudara Azam sudah disekolahkan ke mancanegara. Kalau tidak Amerika, Eropa, ya minimal Singapura. Kini mereka rata-rata juga bekerja di luar negeri. Kini, walaupun Azam berkuliah di Mesir, hal itu dianggap ayahnya sama sekali tak ada artinya. Tidak bergengsi. Menurut dia, setinggi apa pun pendidikan jebolan pesantren hanya akan jadi modin, tukang ceramah, tukang mengawinkan orang, atau paling banter jadi guru agama atau menteri agama. Bahkan, kalau salah langkah malah akan terdidik menjadi teroris. Dengan pandangan itu, karena dulu merasa gagal mengarahkan Azam mengenyam pendidikan di luar negeri sesuai keinginan, ayah Azam akhirnya memaksa pemuda ini menikah vs anak sahabatnya yang pejabat. Gadis yang juga sedang menimba ilmu di Amerika. Harapan ayah, nanti setelah menikah, minimal mertua Azam dapat mengarahkan anaknya bekerja di jalur-jalur yang tidak melulu berhubungan dengan agama. Bisa ke jalur birokrasi atau politik papan atas. “Aku hampir putus asa. Harapan untuk menjadikan Kak Azam sebagai imam rumah tangga mendadak musnah. Ketika hal ini kukeluhkan ke Abi dan Umi, mereka tak memberi tanggapan. Hanya tersenyum sambil menepuk pundakku,” kata Dijah. “Jodoh di tangan Allah,” tutur Dijah menirukan bisikan uminya. Tanggapan Bu Nyai tak jauh arti dari kedua orang tua Dijah. “Kata Bu Nyai, sebelum janur melengkung, apa pun bisa terjadi. Sekarang perjalanan kita belum sampai titik. Masih koma. Kita tidak tahu apa yang terjadi besok atau semenit ke depan,” kata Dijah. (bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait