MEMORANDUM - Cak Durasim, yang nama aslinya Gondo Durasim, lahir di Jombang, Jawa Timur, adalah seorang seniman ludruk yang berperan penting dalam memprakarsai perkumpulan ludruk di Surabaya.
Pada tahun 1937, ia mengenalkan cerita-cerita legenda Soerabaja dalam bentuk drama, menggabungkan tarian remo yang memperlihatkan kepahlawanan, dagelan sebagai hiburan tambahan, dan esensi cerita dalam setiap pertunjukan ludruk.
Selain di Jombang, ia juga mendirikan kelompok ludruk di Surabaya yang didukung oleh Tom alias Dr. Soetomo, seorang pejuang kemerdekaan terkemuka pada awal abad ke-20.
Meskipun terjadi pendudukan Jepang, Cak Durasim tidak gentar.
Bahkan, ia memanfaatkan ludruk sebagai medium untuk membangkitkan semangat juang warga Surabaya dalam mengkritik pemerintah pendudukan, dengan mementaskan drama-drama yang mengangkat legenda dan perjuangan lokal masyarakat Jawa Timur.
Kritiknya terhadap pemerintah penjajah diperkuat dengan gendhing Jula-Juli Surabaya, yang sering disampaikan dalam pementasan-pementasan ludruknya.
BACA JUGA:Satlantas Polres Lumajang Tindak Tegas Truk Odol
Pada puncak karirnya, ketika tampil di Keputran Kejambon Surabaya, Cak Durasim mengumandangkan kidungan yang sangat terkenal: "Pegupon omahe doro, urip melu Nippon tambah sengsoro." Akibat ungkapan itu, ia ditangkap dan disiksa oleh tentara Jepang, kemudian dipenjarakan.
Wafat setahun kemudian, Cak Durasim dimakamkan di Makam Islam Tembok. Namun, keberaniannya tak terlupakan, dan namanya tetap dikenang sebagai seorang seniman dan pahlawan yang berjasa bagi budaya Surabaya. (Devina Natalie/mg10)