Empati di Tengah Semangat 'Wani'

Empati di Tengah Semangat 'Wani'

Muhammad Ridho--

Desember selalu membawa aroma kembang api yang bersiap membakar langit dengan cahaya. 

BACA JUGA:Tanpa Konvoi dan Kembang Api, Wali Kota Eri Ajak Warga Surabaya Isi Malam Tahun Baru dengan Doa Bersama


Mini Kidi--

Namun tahun ini, ketika kalender menyisakan lembar terakhir, "Kota Pahlawan" memilih untuk memadamkan euforia.

BACA JUGA:Membangun Citra Positif di Tengah Segelintir Oknum

Kota pahlawan memilih padam. Bukan karena ia kehilangan nyali, melainkan karena hatinya sedang berempati.

BACA JUGA:Perceraian dan Dinamika Kepercayaan dalam Pernikahan

Surabaya dikenal dengan semangat "Wani" (berani). Namun, dalam situasi bencana sedang melanda Sumatera dan Aceh, warga Surabaya menunjukkan keberanian dalam bentuk lain: berani menahan diri. 

BACA JUGA:Ambisi di Perahu Besar Milik Gusti Allah

Keputusan untuk tidak berpesta adalah pesan kuat bahwa jarak ribuan kilometer antara Jawa dan Sumatera tidak memutus ikatan persaudaraan. 

BACA JUGA:Barcode untuk Polisi Nakal

Saat tanah di Sumut dan Aceh sedang berduka, Surabaya memilih untuk mematikan lampu pestanya agar doa-doa bisa terdengar lebih nyaring.

BACA JUGA:Bobi Bos! Hajat Hidup Orang Banyak Dikuasai Negara

Meniadakan perayaan tahun baru, bukan berarti kota ini menjadi mati. Sebaliknya, energi yang biasanya habis untuk hura-hura dialihkan menjadi gemuruh doa.

Sumber: