umrah expo

Surabaya Puncaki Kasus HIV di Jawa Timur, DPRD: Alarm Keras, Kita Tidak Boleh Menutup Mata Lagi

Surabaya Puncaki Kasus HIV di Jawa Timur, DPRD: Alarm Keras, Kita Tidak Boleh Menutup Mata Lagi

Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya, Ais Shafiyah Asfar.--

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Kota Pahlawan menghadapi tantangan kesehatan serius. Data terbaru Pemerintah Provinsi Jawa Timur menunjukkan lonjakan kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang signifikan, menempatkan SURABAYA sebagai wilayah dengan temuan kasus tertinggi di provinsi ini.

Fenomena ini memicu kekhawatiran mendalam sekaligus seruan keras dari legislatif untuk segera merombak strategi penanganan yang ada.

BACA JUGA:Kasus HIV di Jatim Capai 65.238 Orang, Fraksi PDIP Desak Pemerintah Perluas Edukasi dan Layanan Kesehatan


Mini Kidi--

Berdasarkan data yang dihimpun sepanjang tahun 2025 berjalan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mencatat total akumulasi 65.238 Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV) yang tersebar di seluruh wilayah. Namun, yang menjadi sorotan utama adalah tren pada Triwulan Pertama 2025, di mana sebanyak 2.599 kasus baru ditemukan.

Dalam peta sebaran kasus baru tersebut, Surabaya menduduki peringkat pertama. Kota metropolitan ini disusul oleh wilayah penyangga dan sekitarnya, yakni Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Jember, Kabupaten Tulungagung, dan Kabupaten Pasuruan.

BACA JUGA:Kasus HIV di Jember Serang Usia Produktif: Tertinggi Ketiga di Jatim, Dinkes Sebut Seks Bebas Jadi Pemicu

Menanggapi situasi genting ini, Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya, Ais Shafiyah Asfar, angkat bicara. Politisi muda Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang akrab disapa Ning Ais ini menegaskan bahwa lonjakan kasus ini tidak bisa lagi disikapi dengan cara-cara konvensional.

"Lonjakan kasus HIV/AIDS di Kota Surabaya menjadi alarm keras yang tidak boleh dibiarkan. Kita tidak boleh menutup mata lagi," tegas Ning Ais.

Lonjakan angka kasus tersebut menunjukkan dua hal penting sekaligus. Di satu sisi, tingginya angka temuan mengindikasikan bahwa penularan HIV di Surabaya masih sangat aktif, meluas, dan menyusup ke berbagai lapisan masyarakat. 

BACA JUGA:Dinkes Gresik Temukan 197 Kasus HIV hingga Agustus 2025, Deteksi Dini Digencarkan

Di sisi lain, hal ini juga membuktikan bahwa sistem deteksi dan pelaporan kesehatan mulai membaik, mampu menyingkap kasus-kasus yang sebelumnya tersembunyi.

Terlepas dari faktor mana yang dominan, pola penularan di Surabaya masih didominasi oleh hubungan seksual berisiko baik heteroseksual maupun homoseksual serta persentase kecil dari penggunaan jarum suntik tidak steril. Bagi kota dengan tingkat mobilitas dan interaksi sosial setinggi Surabaya, kondisi ini adalah lampu merah.

Menurut Ning Ais, data ribuan kasus baru tersebut merepresentasikan nyawa dan masa depan warga Surabaya, khususnya generasi produktif yang kini berada di bawah bayang-bayang ancaman kesehatan serius.

Sumber:

Berita Terkait