Ketangguhan dan Pertumbuhan Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara
--
Oleh: Mu’Isyul Haq Al Hasany
Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Provinsi Jawa Timur yang jatuh setiap 12 Oktober menjadi momen reflektif bagi seluruh masyarakat untuk menimbang perjalanan panjang pembangunan daerah.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menegaskan bahwa Jawa Timur terus menunjukkan ketangguhan dan pertumbuhan berkelanjutan di berbagai bidang—mulai dari produksi beras, pendidikan dasar dan menengah, pendirian perguruan tinggi, penurunan angka kemiskinan, peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM), hingga penguatan iklim investasi.
Pernyataan itu bukan sekadar pencapaian administratif, melainkan cermin dari daya tahan sosial dan ekonomi yang tumbuh dari kerja bersama. Kemajuan yang diraih bukan hasil instan, melainkan akumulasi dari budaya gotong royong, kreativitas masyarakat, serta keberanian untuk beradaptasi di tengah tantangan zaman.
Menariknya, bulan Oktober memang memiliki makna simbolik tersendiri bagi Jawa Timur. Selain menjadi bulan peringatan Hari Jadi Provinsi, Oktober juga diwarnai dengan berbagai momentum nasional seperti Hari Kesaktian Pancasila, Hari Santri Nasional, Hari Batik, Hari TNI, hingga Hari Sumpah Pemuda. Semua momentum tersebut memperkuat jati diri Jawa Timur sebagai daerah yang religius, nasionalis, sekaligus inovatif.
Untuk memahami arah masa depan Jawa Timur, kita perlu membaca potensi yang tersimpan dan digerakkan di dalamnya. Dalam terminologi fisika, dikenal dua jenis energi: energi potensial dan energi kinetik.
Secara ekonomi, Jawa Timur merupakan provinsi dengan potensi terbesar kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta. Ini menggambarkan energi potensial — sumber daya alam, posisi geografis strategis, serta struktur ekonomi yang kuat di sektor industri, perdagangan, dan pertanian.
Namun, di atas potensi yang besar itu, Jawa Timur juga memiliki energi kinetik — yaitu kekuatan yang muncul ketika masyarakatnya bergerak, berinovasi, dan berkreasi. Energi kinetik ini lahir dari dua kekayaan utama: literasi dan budaya.
Kekayaan literasi adalah sumber daya intelektual yang luar biasa. Dengan lebih dari 7.000 perguruan tinggi, Jawa Timur memiliki cadangan pengetahuan yang melimpah, baik dalam bentuk ilmu empiris maupun ilmu logika dan teknologi. Universitas-universitas di provinsi ini menjadi kawah candradimuka bagi generasi muda yang siap mendorong transformasi digital, ekonomi kreatif, dan inovasi sosial.
Di sisi lain, kekayaan budaya Jawa Timur tak kalah hebatnya. Setiap kota, bahkan setiap kecamatan, memiliki identitas unik — mulai dari logat, kuliner, permainan tradisional, hingga ritual adat. Ini adalah warisan yang bukan hanya harus dijaga, tetapi juga digunakan sebagai sumber nilai ekonomi baru.
Apabila literasi dan budaya ini digerakkan melalui kanal kreatif — seperti karya digital, film, buku, inovasi teknologi, industri jasa, maupun pameran — maka keduanya dapat menjadi sumber kekayaan baru: kekayaan digital dan akademik. Kekayaan ini tidak hanya menghasilkan nilai ekonomi, tetapi juga memperkuat identitas Jawa Timur sebagai daerah yang berdaya saing global.
Jika kita melihat peta pembangunan nasional, posisi Jawa Timur kini semakin strategis. Infrastruktur transportasi yang terhubung, pelabuhan internasional, kawasan industri baru, dan jaringan pendidikan tinggi yang kuat menjadikan provinsi ini bukan sekadar penopang ekonomi Pulau Jawa, tetapi juga gerbang baru Nusantara.
Konsep “Gerbang Baru Nusantara” tidak hanya berarti Jawa Timur menjadi pintu perdagangan atau logistik, tetapi juga menjadi pusat pengetahuan, inovasi, dan peradaban baru Indonesia Timur. Sinergi antara energi potensial (sumber daya alam dan ekonomi) dan energi kinetik (literasi dan budaya) akan menentukan arah masa depan provinsi ini.
Dengan menggerakkan seluruh potensi tersebut melalui kreativitas, teknologi, dan semangat kolaborasi, Jawa Timur berpeluang besar menjadi contoh daerah yang tumbuh secara inklusif, tangguh, dan berkelanjutan — bukan hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi kawasan Asia Tenggara.
Sumber:



