umrah expo

Menyemai Moderasi Beragama di Pesantren: Konseling dan Komunikasi Psikologis bagi Santri Remaja

Menyemai Moderasi Beragama di Pesantren: Konseling dan Komunikasi Psikologis bagi Santri Remaja

Dr Hj Rofiqah MPd, salah satu penggagas program bersama tim konseling.-Istimewa-

Penulis: Dr Hj Rofiqah MPd

Siang itu suasana Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Muttaqin Al-Barokah, Kota Malang, terasa berbeda. Puluhan santri remaja tampak duduk siap menyimak dan berdialog hangat bersama ustaz-ustazah, pengurus Pesantren, dan tim akademisi. 

Di tangan mereka bukan sekadar kitab kuning, melainkan lembar refleksi diri. Mereka tengah mengikuti sesi konseling kelompok bertema moderasi beragama dan komunikasi psikologis—sebuah pendekatan baru yang jarang ditemui di pesantren, namun sarat makna bagi perkembangan remaja.


Mini Kidi--

Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari program pengabdian masyarakat bertajuk “Revitalisasi Nilai Moderasi Beragama bagi Santri Remaja melalui Konseling dan Komunikasi Psikologis”. 

Program ini diprakarsai tim akademisi dengan semangat qaryah thayyibah—ikhtiar membangun masyarakat religius, harmonis, dan berdaya, dimulai dari basis pendidikan pesantren.


Berdialog dengan pengasuh Ponpes Nurul Muttaqin Al-Barokah KH Nurhadi.-Istimewa-

“Santri remaja berada pada fase pencarian jati diri. Mereka sering berhadapan dengan arus informasi yang beragam, bahkan saling bertentangan. Di sinilah pentingnya menanamkan moderasi beragama, agar mereka tumbuh dengan sikap toleran dan lapang hati,” jelas Dr Hj Rofiqah MPd, salah satu penggagas program.

 

Menyatukan Langkah: Koordinasi dan Sosialisasi

Program diawali dengan koordinasi bersama Sekretaris Kelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang Kota Malang, Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Muttaqin Al-Barokah KH Nurhadi, dan para ustaz-ustazah. 

Pertemuan ini bukan sekadar formalitas, tetapi ruang menyamakan langkah bagaimana pesantren mampu tampil sebagai benteng nilai moderat di tengah derasnya arus globalisasi.

“Pesantren bukan menara gading. Ia hidup bersama masyarakat. Maka kerja sama dengan pemerintah desa dan wali santri sangat penting,” tegas pengasuh ponpes Nurul Muttaqin Al-Barokah KH Nurhadi.

Pasca koordinasi, tim melakukan sosialisasi program dan pengumpulan data awal melalui wawancara dan observasi. Hasilnya cukup menarik, santri membutuhkan ruang dialog terbuka, ustaz-ustazah memerlukan bekal keterampilan konseling, dan wali santri berharap putra-putrinya tumbuh religius tanpa kehilangan kemampuan bersosialisasi.

Sumber: