Dinkes Tulungagung Sebut Salmonella Enterobacter Jadi Penyebab Keracunan di Wonorejo
P2P Dinkes Tulungagung Desi Lusiana Wardani, Kapus Sumbergempol Tri Endah Wahyuni, serta Kepala Instalasi Mikro RSUD dr Iskak dr Rendra Bramanthi.--
TULUNGAGUNG, MEMORANDUM.CO.ID -Kasus keracunan makanan yang sempat bikin geger warga Dusun / Desa Wonorejo, Kecamatan Sumbergempol, mendapatkan perhatian serius Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung.
Hal ini terlihat dari pelaksanaan rilis hasil uji laboratorium sejumlah sampel yang dikirim oleh Dinkes pasca kejadian tersebut beberapa waktu lalu. Rilis dilaksanakan di kantor Dinkes Tulungagung, pada Selasa, 1 Juli 2025.
Turut hadir Kabid P2P Dinkes Tulungagung Desi Lusiana Wardani, Kepala Puskesmas Sumbergempol Tri Endah Wahyuni, serta Kepala Instalasi Mikro RSUD dr Iskak Tulungagung, dr Rendra Bramanthi.
Desi mengatakan, terdapat 58 warga sempat mengalami diare, usai menyantap hidangan nasi soto saat kegiatan Posyandu pada Senin, 16 Juni 2025 lalu.
Namun saat ini, pihaknya memastikan seluruh pasien sudah pulih dan kembali beraktivitas seperti sedia kala, walaupun sebelumnya sempat mengalami diare dan gejala lainnya.
Kepada petugas, pasien mengaku tidak merasakan rasa aneh pada soto yang dimakan. Kemudian reaksi diare dan muntah baru terjadi sekitar dua hari pasca memakan soto yang dibagikan dalam Posyandu itu.
“Betul, ada 58 warga yang mengeluhkan diare, sebagian besar sembuh dengan pengobatan jalan. Ada 4 orang sempat dirawat, dua di RSUD dr Iskak dan dua lainnya di klinik. Tapi semuanya sudah sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasa,” terang Desi.
Dari data yang dihimpun, total ada 68 orang yang ikut makan nasi soto saat kegiatan Posyandu tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium di RSUD dr Iskak dan Balai Besar Lab Kesehatan Surabaya, ditemukan adanya kontaminasi bakteri Salmonella sp. dan Enterobacter pada sampel makanan yang dikonsumsi warga.
Sedangkan sampel yang dikirim ke laboratorium sendiri adalah feses pasien, nasi, kuah soto, telur dan bihun.
Hasilnya ditemukan bakteri Salmonella dan Enterobacter pada semua sampel, kecuali sampel bihun.
Desi memastikan, hingga 30 Juni 2025, tidak ditemukan lagi kasus baru. Pihaknya berharap kasus ini menjadi kasus terakhir keracunan di Tulungagung.
“Alhamdulillah kasusnya sekarang sudah tuntas. Tapi ini jadi pembelajaran penting bagi kita semua, khususnya dalam penyajian makanan di kegiatan masyarakat. Protokol kebersihan harus benar-benar diperhatikan,” pesan Desi.
Dokter Rendra, yang hadir dalam rilis ini mengatakan, cemaran bakteri pada sampel bisa saja terjadi dari lingkungan yang tidak bersih dan proses pengolahan soto yang tidak sempurna.
“Kontaminasi ini bisa jadi berasal dari lingkungan atau proses pengolahan makanan yang kurang higienis. Tapi untuk sumber pastinya memang tidak bisa dipastikan,” jelasnya.
Untuk memperdalam hasil investigasi penyebab keracunan, Rendra mengaku sudah melakukan pemeriksaan lanjutan kepada para penjamah makanan atau orang yang memasak dan menyiapkan makanan.
Ada tiga orang yang menjalani pemeriksaan, hasilnya tidak ditemukan bakteri berbahaya seperti Vibrio cholera, Salmonella, atau Shigella.
“Bakteri yang tumbuh itu hanya flora normal saluran pencernaan, yaitu Escherichia coli. Jadi dari sisi penjamah makanan tidak ada yang terindikasi membawa bakteri patogen,” urai Rendra. (fir/fai)
Sumber:



