Darurat Beras! HPP Gabah Meroket, Bupati Ngawi Paksa Bulog Turun Tangan
Aktivitas perdagangan beras di Pasar Besar Ngawi.--
NGAWI, MEMORANDUM.CO.ID - Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah menjadi Rp6.500 per kilogram menjadi biang kerok melambungnya harga beras di pasaran. Dampak ini kian diperparah dengan biaya distribusi dan pengolahan yang terus membengkak, membebani daya beli masyarakat.
Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, menegaskan bahwa kenaikan HPP ini secara otomatis memicu kenaikan harga beras di pasaran. "Memang dengan naiknya HPP berpengaruh dengan harga jual beras di pasaran," ujarnya. Oleh karena itu, ia mendesak peran vital Bulog untuk segera melakukan intervensi pasar dengan menyalurkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di bawah harga pasar saat ini.
BACA JUGA:Ironi Beras Ngawi: Stok Melimpah, Harga Tinggi, Pemda Tak Bisa Apa-apa!

Mini Kidi--
Ony menjelaskan, dengan rendemen gabah rata-rata 50%, satu kuintal gabah kering panen (GKP) menghasilkan sekitar 50 kilogram beras medium atau premium. Dengan HPP Rp 6.500 per kilogram dan tambahan biaya distribusi serta pengolahan, harga beras medium di pasaran rata-rata mencapai Rp 13.000 per kilogram.
"Tentunya perlu intervensi dari pemerintah pusat lewat SPHP," tegas Ony. Ia berharap pemerintah dapat mensubsidi harga beras SPHP agar kembali ke harga yang diinginkan masyarakat.
BACA JUGA:Pembelian Beras Bulog di Ngawi Dibatasi
Di sisi lain, Ony mengakui bahwa kenaikan harga beras ini membawa angin segar bagi petani, khususnya petani di Ngawi yang telah menerapkan pertanian ramah lingkungan berkelanjutan. Hal ini membuat biaya produksi lebih rendah dan keuntungan yang lebih besar dibanding daerah lain.
Namun, Ony juga mewanti-wanti bahwa kenaikan harga beras ini berpotensi memicu kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya. Dampak domino ini patut diwaspadai agar tidak semakin memberatkan masyarakat. (aris/dik)
Sumber:



