Semangat Hari Pahlawan, Gotong Royong Bayar Iuran Ringankan Pengobatan Pasien Kanker
Suyati, Peserta JKN segmen PBI.--
TULUNGAGUNG, MEMORANDUM.CO.ID - Menyambut peringatan Hari Pahlawan di bulan November, semangat gotong royong terus digaungkan, termasuk upaya untuk menjaga keberlangsungan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Program JKN terus memberikan perlindungan kesehatan untuk jutaan masyarakat Indonesia yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Di antara tantangan kesehatan maupun ekonomi, JKN hadir sebagai bukti nyata dari semangat perjuangan untuk saling mendukung dan membantu sesama dengan nilai solidaritas berdasarkan prinsip gotong royong.
BACA JUGA:Akses Layanan Administrasi JKN dari Rumah, Cukup Lewat Gawai Pintar Saja

Mini Kidi--
Manfaat gotong royong telah dirasakan Suyati (64), peserta dari segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI). Dirinya telah terdaftar sejak tahun 2022. Sampai dengan saat ini dia berjuang melawan kanker payudara yang sudah menyebar ke bagian paru-parunya.
Pada tahun 2023, Suyati memeriksakan diri ke dokter karena ada keluhan benjolan, kemudian sampai pada akhirnya dokter menyatakan dia harus menjalani operasi pengambilan benjolan yang ada di payudaranya.
“Saat pertama kali periksa saya kaget, memang sudah lama gula darah saya tinggi, namun keluhan tubuh saya sering lemas, mudah lelah dan ada benjolan ternyata kanker. Setelah operasi di tahun 2023, saya lanjut pengobatan kemoterapi sebanyak enam kali. Selain menjalani kemoterapi, saya juga rutin berobat di poli bedah onkologi dan mendapat obat untuk dikonsumsi selama sebulan, “ tuturnya, Kamis, 6 November 2025.
BACA JUGA:Frits Cornelis, Warga Asing Rasakan Manfaat Layanan JKN di Indonesia
Suyati menceritakan, sejak awal berobat karena sakit diabetes mellitus dia telah menggunakan fasilitas JKN. Dia rutin mendapatkan obat untuk sakit diabetes mellitusnya. Dia mengatakan, berobat menggunakan JKN tidak pernah mengalami kendala pelayanan di Fasilitas Kesehatan (Faskes), seluruh pengobatan yang dia jalani tidak pernah mengeluarkan uang dari kantong pribadinya.
“Setelah operasi dan kemoterapi sebanyak enam kali, saya masih harus berobat rutin ke poli setiap bulan. Di akhir tahun 2024, saya ada keluhan lagi, kalau nafas seringkali tidak bisa leluasa, sehingga agak sesak dan sering cepat lelah jika berjalan beberapa meter saja. Dokter menyuruh saya untuk rontgen, dan cek laboratorium, dan ternyata penyakit kanker saya ada penyebaran di paru-paru,“ cerita Suyati.
BACA JUGA:Saatnya Generasi Muda Bangun Bangsa, Dukung Keberlangsungan Program JKN
Lebih lanjut Suyati mengatakan, penyebaran kankernya sampai ke paru-paru karena terkena asap pembakaran. Hal ini terjadi karena dia sering memasang menggunakan kompor kayu di mana asapnya banyak dan langsung terhirup. Dokter onkologi menyarankan dia untuk tidak lagi memasak menggunakan kompor kayu untuk mencegah keparahan.
“Setelah hasil rongten dan laboratorium itu, dokter menjadwalkan saya untuk kembali menjalani kemoterapi sebanyak 12 kali. Awalnya saya ragu, saya fikir kalau kemoterapi lagi tidak bisa dijamin oleh BPJS Kesehatan, saya bingung harus membayar pakai apa. Tapi dokter dan perawat di rumah sakit menjelaskan, semua biaya dijamin oleh BPJS Kesehatan karena atas indikasi medis, saya akhirnya siap mengikuti anjuran dokter,“ jelasnya.
BACA JUGA:Dengan Fornas, Peserta JKN Tidak Perlu Khawatir Pembiayaan Obat di Saat Sakit
Sumber:



