umrah expo

Perundungan Siswa Masih Jadi Momok di Surabaya, Abdul Ghoni Desak Kolaborasi Atasi Kekerasan di Sekolah

Perundungan Siswa Masih Jadi Momok di Surabaya, Abdul Ghoni Desak Kolaborasi Atasi Kekerasan di Sekolah

Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Abdul Ghoni Mukhlas Niam ketika melakukan sidak di salah satu sekolah negeri.--

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Maraknya kasus perundungan antar siswa di lingkungan sekolah SURABAYA kembali menjadi sorotan tajam dan dinilai sebagai pukulan serius bagi dunia pendidikan di Kota Pahlawan. 

Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Abdul Ghoni Mukhlas Niam, menegaskan perlunya tindakan komprehensif dan kolaboratif untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung bagi seluruh peserta didik.

BACA JUGA:Polisi Edukasi Bahaya Perundungan ke Pelajar


Mini Kidi--

Menyikapi laporan terjadinya perundungan, Ghoni melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke salah satu sekolah negeri di Surabaya pada Jumat (23/5/2025). Ia menekankan bahwa insiden perundungan tidak bisa dianggap remeh karena berdampak langsung pada rasa aman dan kenyamanan siswa dalam menimba ilmu.

“Sidak ini merupakan bentuk perhatian serius terhadap pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan mendukung tumbuh kembang peserta didik secara utuh,” ujar Ghoni. 

Menurut politikus PDI Perjuangan ini, fokus pendidikan tidak hanya pada pencapaian akademis, tetapi juga pada pembentukan karakter dan empati siswa.

BACA JUGA:Viral Perundungan Anak SMP, DPRD Surabaya: Cermin Kelemahan Sistem Pengawasan Sekolah

Ghoni menyoroti bahwa tanggung jawab untuk membangun sekolah yang bebas dari kekerasan tidak hanya terpikul di pundak kepala sekolah dan guru. Ia mendesak adanya kolaborasi aktif dari orang tua murid dan siswa sendiri dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus perundungan.

“Selain memastikan penanganan kasus berjalan dengan tepat, kami juga mendorong penguatan program edukasi anti-perundungan yang melibatkan seluruh elemen sekolah, termasuk guru, siswa, dan orang tua,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Ghoni menekankan vitalnya penguatan pendidikan karakter sejak usia dini. Penanaman nilai-nilai empati, toleransi, dan penghargaan terhadap sesama, menurutnya, adalah fondasi utama dalam membangun lingkungan sosial yang sehat di sekolah. 

BACA JUGA:Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak Periksa 9 Saksi Dugaan Kasus Perundungan

"Edukasi karakter, nilai empati, dan toleransi harus ditanamkan sejak dini sebagai upaya preventif yang berkelanjutan,” tegasnya.

Pernyataan Ghoni ini sejalan dengan arahan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, yang sebelumnya juga menyoroti perlunya pergeseran fokus dalam pengelolaan kinerja guru. Guru diharapkan tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga berperan sebagai pembimbing karakter dan mitra pendidikan bagi masyarakat.

Sumber:

Berita Terkait