Nasib

Nasib

H. Puguh Wiji Pamungkas, MM--

Oleh : H. Puguh Wiji Pamungkas, MM
Presiden Nusantara Gilang Gemilang
Founder RSU Wajak Husada

"Life is 10% of what happens to me, and 90% of how I react to it", ungkap John C Maxwell

Pada tahun 1960an di forum PBB (perserikatan Bangsa Bangsa), presiden pertama Bangsa ini Ir. Soekarno menyampaikan sebuah ayat Al-Quran di depan forum tersebut, "Sesungguhnya tidak akan berubah nasib sebuah kaum, masyarakat dan bangsa kecuali mereka mengubah nasibnya sendiri".

Indonesia yang waktu itu baru berusia 20 tahunan sebagai sebuah Bangsa, tentu memiliki banyak "Pekerjaan Rumah" untuk menata dan membangun negeri.

Oleh karenanya Bung Karno dalam forum PBB tersebut menyampaikan optimismenya tentang pertumbuhan dan perkembangan Indonesia.

Islam mengajarkan kepada kita akan optimisme dan kegairahan, optimisme akan sebuah tujuan dan cita-cita yang membumbung tinggi dan kegairahan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

BACA JUGA:Akhlak Kepemimpinan Nabi

BACA JUGA:Rekonsiliasi Cinta

Sepanjang sejarah perjalanan para Nabi dan Rasul telah memberikan keteladan yang sangat berharga bagi kita semua.

Sebuah pelajaran terbaik dalam merespon dan mendesign perjalanan hidup menuju kemulyaan dan kontribusi untuk banyak manusia.

Setiap dari kita pasti akan diuji, diuji dengan kelapangan dan keruwetan hidup. Namun bukan masalah seberapa lapang perjalanan hidup yang kita temui, atau bukan juga seberapa ruwet permasalahan yang kita hadapi, yang terpenting adalah reaksi kita dan respon kita terhadap itu semua.

Ramadan telah memberikan kita "lesson to learn" akan kecakapan keteladanan dari sang Nabi dan para sahabat dalam merespon segala hal yang terjadi dalam perjalanan kehidupan, menjadi pribadi yang berorientasi untuk legacy dan kemanfaatan bagi banyak manusia, karena yang bisa mengubah nasib kita adalah diri kita sendiri. (*/ari)

Sumber:

Berita Terkait