Bupati Bondowoso Siap Naikkan Insentif Guru Ngaji

Bupati Bondowoso Siap Naikkan Insentif Guru Ngaji

Bondowoso, Memorandum.co.id - Bupati Bondowoso, KH Salwa Arifin mengupayakan kenaikan insentif guru ngaji pada tahun 2021. Kenaikan insentif ini ditempuh sebagai upaya percepatan proses belajar mengajar Al Quran dan peningkatan Sumber Daya Manusia. "Nominal saya nggak tahu, perkiraan kemampuan anggaran. Yang penting ada kenaikan," jelas Bupati saat dikonfirmasi di Pendopo, Jumat (28/2/2020). Selain mengajarkan cara membaca Al Qur'an, Bupati Salwa juga mengapresiasi para guru ngaji yang telah memberikan pembinaan akhlak dan pendidikan karakter. Untuk itu, pemberian insentif guru ngaji yang nilainya Rp. 1,5 juta per tahun menurutnya perlu ada peningkatan. Kepedulian Bupati Bondowoso terhadap guru ngaji tampaknya tak sekadar pada kesejahteraan saja, namun juga bagaimana memberikan metode pembelajaran Al Quran yang baik bagi para santri. Bahkan, puluhan guru ngaji dari berbagai wilayah di Bondowoso telah mengikuti FGD (Focus Group Discussion) dengan tema "Peran Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Kwalitas SDM Guru Ngaji Melalui Pelatihan dan Pembinaan". Salwa Arifin mengatakan, meningkatkan SDM guru ngaji menjadi sangat penting karena memang ada bermacam-macam metode cara mengajar yang digunakan oleh guru ngaji. Yakni menggunakan metode mengajar membaca Al Qur'an dengan cara modern maupun tradisional. Dalam kegiatan yang diinisiasi oleh Dewan Riset Daerah (DRD) itu, Ketua DRD Kabupaten Bondowoso, M. Tahir menjelaskan, muncul keluhan beberapa bulan sebelumnya terkait metode mengajar ngaji. Dimana dari 5.435 guru ngaji di Bondowoso, metode mengajar ngaji yang digunakan berbeda-beda. Sementara saat ini penting sekali untuk menjadi bagian dalam mengawal dan menjaga Al Qur'an melalui proses belajar mengajar di Musholla dan Masjid. "Saat ini banyak metode baru yang sudah dikembangkan. Sehingga percepatan pemahaman dan pembacaan Al Qur'an bisa disaksikan di Bondowoso," jelasnya. Untuk itu, melalui FGD tersebut pihaknya mendiskusikan dengan guru ngaji untuk menyempurnakan metode yang sudah berjalan agar tercipta keseragaman. Sehingga ketika ada generasi muda mengaji di masjid yang satu dengan yang lain, memiliki waktu yang sama dalam meningkatkan kemampuan membaca Al Qur'an. "Saya ingin ada kesamaan. Tapi bukan berarti kita menafikan metode yang lama," pungkasnya.(cw1)

Sumber: