Eri Cahyadi Bikin Panik
Ada dua kejadian penting menjelang Pemilihan Wali (Pilwali) Kota Surabaya 2020. Pertama, pemanggilan seorang pejabat Pemerintah Kota Surabaya Eri Cahyadi oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Kedua, belum turunnya rekomendasi Partai Demokrasi In-donesia Perjuangan (PDI-P) soal penetapan calon wali dan calon wakil wali Kota Surabaya. Kedua soal yang sejujurnya teramat sangat ditunggu banyak kalangan, khususnya politisi dan pemerintahan, menimbulkan tanda tanya. Bahkan, (mungkin) tanda tanya besar! Paling tidak, dua soal itu memberikan pemahaman kepada khalayak tentang kepastian siapa calon pemimpin kota yang tim sepak bolanya baru saja meraih gelar juara Piala Gubernur Jawa Timur 2020 ini menjadi buram lagi. Padahal, (sebelum dua soal ini terjadi), sering muncul prediksi dan teka-teki siapa yang akan dijagokan PDI-P menjadi wali kota untuk melawan jago beberapa partai lain yang berbondong--bondong mengusung Machfud Arifin, mantan kapolda Jawa Timur. Lantas, pertanyaannya jadi begini: apakah dua soal itu menunjukkan kepanikan partai berlogo banteng ber-moncong putih? Atau sebaliknya, justru koalisi partai politik lawan PDI-P yang kini kondisinya mulai rapuh akibat isu keretakan seperti yang terdengar nyaring di masyarakat pemilih itu, hingga berakibat mengecilnya kepercayaan mereka kepada koalisi partai politik yang mengusung jago untuk pilwali? Memahami pertanyaan seperti ini gampang-gampang susah. Harus ditelisik lebih tajam maksud dan tujuan mengapa muncul pertanyaan itu. Apalagi, soal pemanggilan Eri Cahyadi oleh Bawaslu Surabaya karena banner dirinya bersama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini boleh dinilai sangat berkaitan erat dengan isu keretakan partai politik pendukung Machfud Arifin. Faktanya, sebelumnya mereka berani mengajukan calon-calon wakil wali kota. Bisa juga masyarakat pemilih menilai, pemanggilan Eri Cahyadi sangat mengada-ada. Bahasa gampangnya, sesuatu yang dipaksakan hingga berkesan untuk memanaskan suhu politik tapi kebablasan, sampai-sampai memercikan api kepanikan. Tak hanya itu, masyarakat pemilih mengerti pemanggilan Eri Cahyadi Kepala Bappeko Surabaya menjadi bukti nyata ada pihak-pihak tertentu berusaha keras menjatuhkan marta-bat pria asli arek Suroboyo ini. Apalagi Eri Cahyadi pada berbagai kesempatan selalu tegas-tegas mengaku tak pernah mendaftarkan diri sebagai calon wali kota di semua partai. Pun juga, masyarakat pemilih paham betul Eri Cahyadi adalah seorang pejabat pemerintahan yang terikat dengan berbagai aturan. Jadi jelas, ditundanya rekomendasi PDI-P untuk calon wali dan wakil wali Kota Surabaya membuktikan adanya kepanikan berbagai pihak terutama para politisi terhadap Eri Cahyadi, meski bagi masyarakat pemilih tidak cukup berarti karena mereka sudah memiliki pilihan sesuai dengan hati nuraninya sendiri. (*)
Sumber: