Tarawih di Masjid Peneleh, 1 Malam 1 Juz

Tarawih di Masjid Peneleh, 1 Malam 1 Juz

Arsitektur bangunan Masjid Peneleh mirip Masjid Ampel.-Oskario Udayana-

SURABAYA, MEMORANDUM - Bagi warga Surabaya yang belum pernah mengunjungi Masjid Nabawi Makkah dan Masjidil Haram Madinah, tidak perlu jauh-jauh datang ke sana. Namun, di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, cukup berkunjunglah ke Masjid Peneleh Surabaya.

BACA JUGA:Menjelajahi 5 Masjid Bersejarah di Indonesia 

Anda akan menikmati suasana mirip di dua masjid yang didirikan Nabi Muhammad SAW tersebut. Masjid Peneleh merupakan menjadi salah satu tempat ibadah yang ramai dikunjungi umat Islam.

BACA JUGA:Menelusuri Jejak Sejarah Islam di 5 Masjid Kuno Indonesia 

Masjid bersejarah yang didirikan oleh Sunan Ampel ini memiliki tradisi unik dalam melaksanakan salat Tarawih, yaitu 1 malam 1 juz.

BACA JUGA:9 Tips Jitu Agar Sandal Aman Saat Beribadah di Masjid 

"Salat Tarawih di sini mirip di Makkah," kata Ubaidurrahman, Imam Rawatib Masjid Peneleh saat ditemui memorandum. disway.id.

BACA JUGA:Ini Baru Keren! HDCI Surabaya dan Jatim Sumbang Pembangunan Masjid

Menurut Ubaidurrahman, tradisi ini telah berlangsung sejak lama dan masih terjaga hingga saat ini. Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para jemaah, terutama bagi mereka yang ingin menyempurnakan bacaan Alquran selama bulan Ramadan.

BACA JUGA:Doa Qunut Nazilah untuk Palestina dan Masjidil Aqsa Lengkap Arab Latin dan Terjemahnya 

"Karena pendiri mendidik santrinya menjaga Alquran. Sudah berjalan puluhan tahun lalu hingga sekarang masih terjaga di masjid ini. Santri-santri di sini banyak berasal dari Madura dan Jawa Tengah," kata Ubaidurrahman.

BACA JUGA:Ini 3 Masjid yang Berada di Sekitar Kawasan Masjid Nabawi

Yang menjadi imam salat Tarawih juga tidak sembarangan. Imam di Masjid Peneleh dipilih dari para santri Pondok Pesantren Takhfizul Quran yang didirikan KH Dahlan Basyuni.

BACA JUGA:Masjid Al-Aqsa: Kiblat Pertama Umat Islam dan Satu dari Tiga Masjid Paling Suci

Hal ini tidak mengherankan karena pendiri pesantren tersebut, KH Dahlan Basyuni, memiliki komitmen kuat dalam menjaga dan melestarikan Alquran.

BACA JUGA:Keren! 5 Fakta Unik Tentang Masjid Agung Demak 

"Para imam masjid ini diharuskan menguasai ilmu tajwid Alquran dan fasih dalam membaca ayat suci. Selain itu, suara mereka juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan imam," beber Ubaidurrahman, santri Pondok Pesantren Takhfizul Quran asal Jawa Tengah sejak 2007 ini.

BACA JUGA:Sudah Pernah Pergi Wisata Religi Ke Masjid Ampel Surabaya?, Berikut 5 Fakta Menariknya 

Saat ini, terdapat 3 imam yang bergantian memimpin salat tarawih di Masjid Peneleh, yaitu Ustaz Aufal Marom, Ustaz Son Haji, dan Ustaz Zubair. "Masing-masing imam memimpin selama 10 hari," jelasnya.

 

Tradisi Salat Malam dan Takjil

Selain tradisi tarawih 1 malam 1 juz, Masjid Peneleh juga memiliki tradisi salat malam yang diadakan setiap jam 1 dini hari.  Warga sekitar masjid pun turut berpartisipasi dalam tradisi ini dengan menyediakan 150 takjil untuk berbuka puasa.

BACA JUGA:Berkah Merawat Ibu, Marbot Masjid ini Dapat Beasiswa Kuliah Teknologi di Amerika 

Masjid Peneleh menjadi contoh nyata bagaimana tradisi Islam yang lekat dengan Alquran masih terjaga hingga saat ini. Keunikan dan tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para jamaah dan menjadikan Masjid Peneleh sebagai salah satu tempat ibadah yang istimewa di bulan Ramadan.

BACA JUGA:PPIH Kembali Ingatkan Jemaah untuk Tidak Selfie Berlebihan di Masjidil Haram

Sepengetahuan Masjid Peneleh merupakan salah satu masjid peninggalan Sunan Ampel di Surabaya. Keturunan Sunan Ampel, KH Dahlan, adalah pendiri Pondok Pesantren Takhfizul Quran yang santri-santrinya menjadi imam di masjid ini.

BACA JUGA:Kemenag Tetapkan 44 Imam Masjid Untuk Diberangkatkan ke Uni Emirat Arab, Berikut Daftar Namanya 

Sepengetahuan Ubaidurrahman, Masjid Peneleh yang terletak di Jalan Peneleh Gang V, itu merupakan salah satu masjid tertua di Surabaya. Masjid ini Dipercaya didirikan oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel pada abad ke-14 atau diperkirakan dibangun pada tahun 1430 Masehi.

BACA JUGA:Tips dan Saran untuk Jemaah Haji Hindari Kepadatan Masjidil Haram Saat Laksanakan Umroh Wajib 

Wujudnya masih asli dan mempertahankan karakter klasik, masih ada bangunan menyerupai joglo, langit-langit masjid juga tetap. Cuma memperbaiki apa yang sudah rusak dan usang.

BACA JUGA:Amalan dan Keutamaan Raudhah, Taman Surga Masjid Nabawi yang Dikenal Mustajab 

"Sekilas, masjid seperti perahu yang terbalik bila dilihat dari sisi atas. Posisi masjid menghadap ke sisi barat," beber Ubaidurrahman.

Masjid Peneleh memiliki arti mengajak umat Muslim untuk beribadah ke arah kiblat, yaitu Mekah.

BACA JUGA:Adab Berziarah ke Makam Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi 

Pada sisi dalam masjid, ada 10 tiang berbahan kayu jati masih kokoh nan menjulang tinggi. Bahkan, menyambung sejumlah bagian dengan langit-langit masjid.

"Ada 10 tiang utama penyangga atap, itu (tiang penyangga) dijuluki Soko Guru yang memiliki makna melambangkan 10 malaikat Allah," imbuh dia.

Masjid  Peneleh sendiri memiliki luas 999 meter². Di sekitarnya, dikelilingi 25 ventilasi cantik dengan ukiran aksara Arab yang elok dan tertulis 25 nama Nabi.

Lalu, ada aksen kayu berwarna cokelat. Kemudian, jendela berukuran besar khas era klasik pun masih mulus dan terlihat megah. Untuk masuk ke gang masjid, pengendara wajib menuntun kendaraannya.

Di masjid ini, kata Ubaidurrahman, ada sumur di bagian dalam serambi masjid. Sumur tua dengan diameter sekitar 50 cm, itu Konon terhubung ke sumur Masjid Ampel. Namun kini sudah ditutup untuk menghindari hal-hal yang berbau syirik.

Kemudian ada Jam Matahari, yang sampai detik ini masih berfungsi. Jam tersebut berada di luar atau di depan masjid. Tapi sekarang takmir sudah tidak menggunakannya lagi. Hal itu, disebabkan terkikis oleh perkembangan zaman modern.

"Sekarang jam matahari tidak menggunakan lagi," ujar Ubaidurrahman.

Di masjid ini, hanya satu takmir masjid yang mempunyai ilmu tentang jam matahari tersebut. Bahkan, jadwal petunjuknya terpampang di dinding dekat bedug. "Bedanya hanya sepermenit dengan jam modern saat ini," ungkapnya.

Jauh sebelum umat muslim menggunakan jam sebagai penanda masuknya waktu salat, Raden Rahmat atau yang juga dikenal sebagai Sunan Ampel membuat jam matahari.

Bentuk Jam Matahari tidak jauh berbeda seperti hiasan fasad atau bagian depan masjid umumnya. Tingginya sekitar 130 cm, dengan bentuk prisma berwarna kuning di bagian atasnya. Sepintas terlihat seperti hiasan pagar.

Cara kerja Jam Matahari seperti kompas. Namun, bergerak berdasar arah sinar matahari. Jam menunjukkan waktu salat berdasar arah sinar matahari di bayangan benda. Misalnya, waktu masuk jam duhur, sinar matahari sejajar sama benda tersebut.

BACA JUGA:Pusat Kebudayaan Keagamaan Segera Didirikan Disamping Masjid Raya Sheikh Zayed 

Namun sayang, kini jam tidak lagi digunakan dan sudah lama Sebab terhalang gedung-gedung tinggi. Seharusnya bisa tahu dari bayangan dan sinar matahari. Tapi di Surabaya sudah banyak gedung tinggi. Jadi bayangan dan sinar matahari makin sulit terdeteksi.

Sekarang memutuskan untuk mengunci Jam Matahari. Sebab, banyak pihak tidak bertanggung jawab yang memperlakukan dengan tidak baik. Selain itu juga pernah ada yang buka dan dibuat mainan. Cuma dibuka di saat-saat tertentu.

Bahkan, di masjid ini terdapat bedug ajaib. Kata Ubaidurrahman, ditemukan oleh santri ketika mengambang di Sungai Kalimas.

Bedug ini bila dipukul di masjid lain di Surabaya tidak bisa mengeluarkan bunyi. Tapi begitu di tabuh di Masjid Peneleh bunyi.

"Bedug ini aneh, bila dipukul di masjid lain tidak mengeluarkan bunyi, di masjid ini berbunyi nyaring. Sekarang dipajang di belakang masjid dekat tangga," tandas Ubaidurrahman. (*)

Sumber: