AICIS 2024 dan Potret Sejumlah Inisiatif Membangun Perdamaian

AICIS 2024 dan Potret Sejumlah Inisiatif Membangun Perdamaian

AICIS 2024 dan Potret Sejumlah Inisiatif Membangun Perdamaian--

SEMARANG, MEMORANDUM - Konflik dan perselisihan terus saja terjadi dengan beragam sebab dan intensitasnya. Upaya resolusi konflik dan perdamaian pun tak kunjung berhenti, bahkan oleh mereka yang saat ini menjadi korban konflik.

Inisiatif publik membangun perdamaian menjadi salah satu isu yang akan dibahas dalam Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2024. Forum ini akan berlangsung di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, 1 – 4 Februari 2024.

BACA JUGA:Forum BEM Jember Suarakan Lawan Kampanye Hitam

BACA JUGA:Forum LLAJ Jelang Nataru, Dishub Kota Batu Siapkan 30 Kamera Pantau dan 10 Kamera ETLE

Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam Ahmad Zainul Hamdi mengatakan AICIS ke-23 ini mengusung tema 'Redefining The Roles of Religion in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Rights Issues'. Ada tujuh sub tema yang akan dibahas, salah satunya Fiqih Siyasah tentang Perang dan Damai: Pasca Kolonial.

Menurut Ahmad Inung, panggilan akrabnya, subtema Fiqih Siyasah tentang Perang dan Damai: Pasca Kolonial berfokus pada bagaimana yurisprudensi politik Islam merespons isu-isu perang dan perdamaian pasca-kolonialisme. Hal ini masih menjadi isu penting kemanusiaan karena fakta perang dan konflik juga masih terus terjadi.

“Interpretasi fiqh siyasah tentang perang dan perdamaian memang berbeda-beda di antara para sarjana. Perbedaan itu dipengaruhi oleh latar belakang, konteks historis, sosial-politik dan kebudayaan para akademisi di berbagai negara. Karenanya, penting untuk mendiskusikan di ranah akademik,” sebut Ahmad Inung di Semarang, Rabu (31/1/2024).

BACA JUGA:Forum Tiga Pilar, Pj Wali Kota Malang Ajak Jaga Stabilitas

BACA JUGA:Buka Forum R20 ISORA, Presiden Jokowi Sebut Peran Agama Penting dalam Wujudkan Pedamaian di Gaza

Sejumlah isu yang akan dibahas antara lain prinsip-prinsip fiqh siyasah merespons problem kedaulatan dan independensi negara bangsa (sovereignty and independence), pertahanan diri kolektif sebuah negara (collective self defense), resistensi terhadap kolonialisme baru (resistance to new colonialism), resolusi konflik dan membangun perdamaian (conflict resolution and peacebuilding), hubungan internasional antar negara (international relation) yang menekankan prinsip keadilan, saling memahami dan menjaga perdamaian antar negara, partisipasi negara-negara muslim dalam organisasi dan perjanjian internasional (international organization), serta isu bagaimana sebuah bangsa seharusnya dikelola (state governance).

BACA JUGA:Dukung Kesejahteraan Masyarakat, Polisi Kediri Hadiri Forum Komunikasi Imunisasi

BACA JUGA:DPRD Kota Malang Apresiasi Forum Komunikasi Libatkan Masyarakat

Terpisah, Ketua Steering Committee (SC) AICIS 2024 Prof Mukhsin Jamil mengatakan, sejumlah hasil riset akan dipaparkan dan dibahas dalam sesi panel untuk subtema ‘Fiqih Siyasah tentang Perang dan Damai: Pasca Kolonial’, salah satunya yang ditulis Asfa Widiyanto dalam Religious Minority and Peaceful Coexistence. Asfa Widiyanto dalam tulisannya memperlihatkan begitu problematiknya status minoritas yang mereka pikul sambil berjuang untuk hidup berdampingan secara damai di tengah-tengah lanskap sosial yang beragam.

Demikian pula, inisiatif modal sosial dan rekonsiliasi konflik, yang dicontohkan komunitas Syiah Sunni Sampang Madura, yang ditulis Maskuri dalam Social Capital and Conflict Reconciliation for Peace. Maskuri menggarisbawahi pentingnya jaringan komunal dalam membina perdamaian dan rekonsiliasi sekalipun dirinya sedang berada di bawah bayang-bayang kekerasan agama.

Sumber: