Di Tangan Warga Babat Jerawat, Daun Kering Diubah Jadi Arang Briket Bernilai Ekonomis
Surabaya, memorandum.co.id – Daun kering bagi sebagian orang hanya onggokan sampah biasa yang tak memiliki nilai ekonomis. Jamak dilakukan dedaunan kering itu disapu lalu dibuang, bahkan ada juga yang membakarnya hingga menimbulkan polusi udara. Kondisi inilah yang melatarbelakangi Khoirul Huda, warga RW 02 Mulyomukti, Kelurahan Babat Jerawat, Kecamatan Pakal, Surabaya, membuat wisata edukasi lingkungan Surabaya yang mengolah sampah daun kering menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis. Khoirul Huda yang menjadi pendamping kader lingkungan ini menjelaskan dedaunan kering yang dihasilkan dari tanaman warga setempat itu dikumpulkan lalu diubah menjadi arang briket. Istimewanya lagi arang briket ini tidak mengeluarkan asap tebal serta memiliki nyala api yang lebih tahan lama dan stabil. "Jika dibandingkan arang biasa yang berasal dari kayu, arang briket ini lebih awet. Jadi cocok untuk pedagang yang butuh pemanasan stabil seperti pedagang bakso atau tukang sate," ujar Khoirul, Selasa (28/1/2020). Proses pembuatan arang briket ini dimulai dari sampah daun kering yang terlebih dulu dikumpulkan dari warga sekitar. Daun dibakar namun tidak sampai menjadi abu, melainkan hanya hitam dan masih berbentuk daun. Hasil pembakaran sampah daun kemudian disaring untuk diambil partikel daun yang halus. Setelah itu dicampur cairan berbahan tepung tapioka atau tepung kanji yang berfungsi untuk perekat. "Setelah semua bahan dicampur, baru dicetak dan dipres menggunakan alat khusus," urainya. Alat khusus yang digunakan untuk campuran daun tersebut itu dibuat sendiri oleh Khoirul. Alat tersebut dibuatnya sendiri karena menurutnya, alat yang ada di pasaran cukup rumit dan susah untuk di pahami oleh warga. "Untuk alat press saya buat sendiri, karena rumit alat-alat yang ada di pasar itu," tutupnya.(Mg1/gus)
Sumber: