Nasib Baik Lelaki di Titik Nadir Asanya (4)

Nasib Baik Lelaki di Titik Nadir Asanya (4)

Nasib Baik Lelaki di Titik Nadir Asanya--

Diberi Nasi Bungkus Jumat Berkah

Ahmad cuek. Pembeli rokok eceran tadi memandang wajah Ahmad. Pria yang tampaknya sudah kenal Ahmad ini menyarankan Ahmad berhenti merokok, agar tidak mati seperti mertuanya.

Mendengar orang terserang stroke mati karena nekat merokok, Ahmad mematikan api dengan mencecapkan ujung rokoknya di asbak. “Takut mati juga rupanya,” kata Memorandum. Ahmad tersenyum.

Setelah pembeli rokok eceran tadi pergi, Ahmad bercerita bahwa dia pernah nekat mengendarai sepeda onthel ke rumah Momon yang berjarak cukup jauh dari rumahnya.

Ahmad memang tidak bisa naik motor. Takut jatuh. Keseimbangannya sudah tidak sempurna seperti dulu.

BACA JUGA:Nasib Baik Lelaki di Titik Nadir Asanya (3)

Mau naik angkutan umum, Ahmad juga tidak kuat. Terlalu sering ganti angkot. Terlalu sering naik-uturun, Lelah. Belum harus berjalan saat berganti angkot. Ribet.

Ahmad ingin menyampaikan idenya kepada Momon. Siapa tahu Momon bersedia? Kalau bisa demikian, urusan Wati bisa diulangi dan dipaksa-paksa. Hampir satu setengah jam Ahmad baru sampai di tempat tujuan.

Terlambat 20 menit. Momon sudah berangkat kerja. Memang sudah pukul 06.00. “Padahal aku sudah berangkat pagi sekali. Ketika orang-orang baru turun dari salat Subuh di masjid,” kata Ahmad.

BACA JUGA:Sejuta Kisah Rumah Tangga : Nasib Baik Lelaki di Titik Nadir Asanya (2)

Ahmad sengaja berangkat pagi dengan harapan bisa menemui Momon sebelum sebelum berangkat kerja. Agar pikiran Momon masih segar dan dapat mencerna maksud kedatangan Ahmad.

Mau kembali pulang, Ahmad terlalu lelah. Kekutan tubuhnya memang sudah tidak seperti dulu lagi, sebelum kena serangan stroke. Saat ini beraktivitas sedikit saja badan terasa lemah dan maunya dibawa tidur melulu.

Terpaksa Ahmad mencari masjid atau musala terdekat. Dapat. Sebuah musala kecil di sudut gang. Agak jorok. Tapi cukuplah untuk sekadar menyandarkan tubuh dan meluruskan kaki.

Ahmad lantas menyandarkan diri di dinding luar teras musala tadi. Kantuk spontan menyerang. Dalam kondisi antara sadar dan tidak sadar, Ahmad mendengar suara seseorang. Wanita.

BACA JUGA:Sejuta Kisah Rumah Tangga : Nasib Baik Lelaki di Titik Nadir Asanya (1)

Dia memberikan tas kresek. “Bapak belum sarapan kan? Alhamdulilah ini ada nasi bungkus dan segelas air mineral untuk Bapak. Jumat berkah,” kata wanita tadi sambil mengulurkan tangan.

Sumber: