Tersentuh Hatinya, Kapolres Jember Bantu Pengobatan Yoga

Tersentuh Hatinya, Kapolres Jember Bantu Pengobatan Yoga

Jember, memorandum.co.id - Sungguh memprihatinkan nasib Yoga. Bocah malang asal Dusun Petung Waru, RT 003/RW 006, Desa Mayangan, Gumukmas, Jember, terlihat berbeda dengan anak-anak seusianya. Badannya kurus, tulang hanya berbalut kulit dan rusuknya menonjol. Wajahnya pun pucat, sedangkan sorot matanya tampak kosong. Dengan raut wajah sendu, ibunya Siti Nuralimah (32) menceritakan anaknya menderita cacat sejak lahir. Di usianya menginjak delapan tahun berat badannya hanya 5 kg dengan kondisi kesehatannya juga tak stabil, pertumbuhan gigi tidak normal, penglihatannya kabur dan tubuhnya terus menyusut. Memandang dengan mata berkaca-kaca sang ibu mengatakan jika putra tercintanya hanya mampu tergolek lemah di tempat tidur. Penderitaan Yoga tak hanya itu saja, raganya sebagian dalam kondisi lumpuh/tak bisa berjalan. Mirisnya lagi, Yoga bertahan hidup di tengah keluarga kurang mampu. Ayahnya, Suwarno (35), menafkahi keluarga dengan mengais rezeki sebagai buruh tani. Sementara istrinya tidak bekerja agar dapat merawat anak semata wayangnya. Jumat (17/1) sore, di saat kunjungannya untuk melihat langsung kondisi Yoga, Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal SH SIK MHum mengaku sangat prihatin. “Melihat dan mendengar keadaannya saya merasa sangat sedih. Hari Senin depan, adik Yoga kami upayakan dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) Dr Soebandi untuk dilakukan diagnosa kesehatannya”, tuturnya. Di momen kemanusiaan ini, AKBP Alfian Nurrizal tak hanya datang dengan tangan hampa, tali asih berupa santunan uang tunai dan bantuan pengobatan buat Yoga diberikannya langsung kepada orang tuanya. Keluarga kecil ini juga bakal mendapat santunan setiap bulan untuk membantu biaya hidup selama perawatan intensif anak Yoga. Hari dimana menjadi saksi, dengan tergetar hati, Kapolres Jember mencoba merengkuh Yoga dari pangkuan sang Ibu,  lantas menggendong dan memeluknya dengan hangat. Yoga mendapat perlakuan begitu humanis. Diberinya belaian penuh kasih sayang, diusap-usap rambut tipisnya, sesekali kening dan tangannya yang kurus diciumnya dengan lembut. Pemandangan yang mengharukan. Sambil terisak dalam derai air mata, Kedua orang tuanya menerima anaknya kembali ke pangkuannya. Sesekali air mata Ibu Siti yang jatuh diusapnya dengan kain jarik yang membalut gendongan anaknya. Seuntai kata terucap dan  tertahan oleh tangis. Lirih terdengar. (edy/fer)

Sumber: