Psikolog Timnas Indonesia U-17: Kritik Berlebihan Bisa Merusak Mental Pemain

Psikolog Timnas Indonesia U-17: Kritik Berlebihan Bisa Merusak Mental Pemain

Para pemain Indonesia U-17 saat berlatih di Lapangan Kompleks GBT.-Farid-

SURABAYA, MEMORANDUM - Dalam dua pertandingan Timnas Indonesia U-17 di Piala Dunia U-17, timnas meraih hasil imbang 1-1 saat menghadapi Ekuador dan Panama. Hasil yang terbilang bagus bagi Indonesia yang baru pertama kali ikut Piala Dunia U-17. Meskipun begitu, masih saja banyak yang mengkritik hasil imbang tim asuhan Bima Sakti ini.

Di media sosial (medsos), hasil imbang itu masih menuai kritik dari netizen. Bahkan, tak jarang muncul makian yang bisa berdampak buruk. Hal ini sudah mendapat respons dari sejumlah tokoh sepak bola nasional.

Pelatih Timnas Indonesia U-17 Bima Sakti, Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri, hingga Fakhri Husaini ikut angkat bicara. Ketiganya sempat meminta dukungan kepada Garuda Muda, bukan tekanan yang akan menjatuhkan mental.

BACA JUGA:Fakhri Husaini: Timnas Asuhan Bima Sakti Layak Dapat Apresiasi

Hal senada juga diutarakan oleh psikolog Timnas Indonesia U-17, Afif Kurniawan. Dia heran ada komparasi antara kritik di Indonesia dan timnas negara lain. Banyak yang berpendapat bahwa di luar negeri pun pemain sepak bola sudah biasa dengan kritik.

Masalahnya, kata Afif, kultur kritik itu biasanya tertuju kepada pemain sepak bola dewasa, bukan kelompok umur. Timnas Indonesia U-17 seharusnya bisa menjadi wadah bagi para pemain untuk terus berkembang.

“Bedanya adalah tidak ada kultur bully di sana. Tidak ada abuse kepada pemain. Di media sosial mungkin ada maki-maki, tapi di lingkungan terdekat akan memberikan dukungan dan perlindungan. Lingkungan terdekat pemain ada pelatih dan keluarga,” kata Afif Kurniawan.

BACA JUGA:Ikram Al Giffari Tampil Gemilang di Bawah Mistar Timnas Indonesia U-17 saat Imbangi Ekuador

Sejumlah pengamat menilai Timnas Indonesia U-17 perkembangannya signifikan dalam dua pertandingan itu. Saat melawan Ekuador, Iqbal Gwijangge dkk sempat kewalahan menghadapi serangan lawan yang tampil agresif.

Namun, situasinya berbeda saat melawan Panama. Tim Garuda Muda mampu memberi tekanan kepada lawan. Beruntung, Timnas Indonesia U-17 tidak menelan kekalahan dalam dua pertandingan tersebut.

Afif menilai komentar negatif di media sosial akan berdampak besar bagi pemain. Namun, para penggawa Timnas Indonesia U-17 beruntung tetap mendapat dukungan dari lingkungan sekitar untuk terus berkembang.

BACA JUGA:Jumatan di Hotel Double Tree Hilton, Timnas Indonesia U-17 Berharap Dapat Hasil Maksimal

“Kontrasnya adalah apa yang kita alami selama tinggal di sini, seri dua kali, itu sangat berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di media sosial. Di media sosial itu benar-benar seperti itu. Mereka tumbuh dengan karakteristik sesuai dengan usianya,” ucap Afif.

Satu hal yang jadi sorotan Afif adalah para pemain Timnas Indonesia U-17 memerlukan arahan untuk terus belajar dan berkembang. Dia tidak ingin beban orang dewasa juga ditimpakan kepada anak asuh Bima Sakti.

“Justru yang mengusik saya adalah kenapa kita tidak bisa melihat itu, tapi kita malah mementingkan kekalahan dan kemenangan. Kita harus mementingkan mereka ini dalam proses bertumbuh, karena nanti akan bermain sepak bola sampai mendatang,” ujarnya.

BACA JUGA:Bima Sakti Ingin Pemain Timnas Indonesia U-17 Bermain Lepas Tanpa Beban

“Kenapa kita memberi beban orang dewasa kepada mereka? Jangan beri beban orang dewasa kepada anak-anak. Ini bukan soal ekspektasi, boleh memenangkan pertandingan. Itu normal. Tapi, memberi beban bahwa orang dewasa itu belum sampai situ,” tutur dosen Universitas Airlangga tersebut.

Timnas Indonesia U-17 masih akan melakoni laga terakhir Grup A dengan menghadapi Maroko, Kamis 16 November 2023. Ini jadi penentuan terakhir kedua tim untuk menembus fase knockout.(rid)

Sumber: