Didenda 100 Sak Semen dan 5 Truk Pasir, Diancam Dipolisikan
Yuli Setyo Budi, Surabaya Dada Ibra berdegub kencang. Dia tidak berani membayangkan apa yang terjadi di dalam. Keringatnya bercucuran deras. Keringat dingin. Sampai-sampai bajunya teles bles seperti kehujanan. Suara yang terdengar dari dalam kamar semakin menyakitkan hati Ibra. Tiba-tiba… bruuuak… pyar… Ibra jatuh. Nggeblak. Tubuhnya menghantam meja. Sebuah piring terpelanting dan beradu dengan kerasnya lantai. Sukoto dan Nurul muncul dari dalam kamar. Mereka sempat terkejut melihat keberadaan Gondam dan Ibra. “Aku sempat pingsan cukup lama. Sekitar satu jam-an,” kata Ibra. “Bangun-bangun aku sudah di kamar,” imbuhnya. Pasca kejadian tersebut bukan Ibra yang marah. Lelaki ini justru diumbah sampek garing oleh istrinya. Nurul marah-marah karena masih dicurigai berselingkuh. Dia yakin Gondamlah penyebar isu itu. Makanya, saat itu juga Gondam diusir dari kos-kosan. Kepada sang suami, Nurul mengaku bahwa dia memang meminta bantuan Sukoto untuk bantu membersihkan kamar-kamar yang baru di-finishing. Masih banyak kotoran berserakan di sana-sini. Pengusiran Gondam oleh Nurul tentu menimbulkan rasa tidak nyaman di hati Ibra. Sebab, setelah mendengar sekilas gurauan istrinya vs Sukoto, Ibra menjadi yakin pasti ada sesuatu yang tidak beres pada istrinya tersebut. Ibra merasa berdosa terhadap Gondam. Makanya, Ibra berusaha menebus rasa tidak nyaman di hatinya tadi dengan tiga bulan membayari biaya kos Gondam di tempat baru. Sebagai ganti rugi. Di sisi lain, pengusiran atas dirinya oleh Nurul dan kebaikan Ibra menguatkan semangat Gondam untuk membongkar kebejatan Sukoto dan Nurul. Sejak itu dia berubah pikiran: tidak lagi memberi informasi soal kedua penipu kelamin tadi kepada Ibra, melainkan kepada para tetangga. Dan, Gondam ingin membuktikan bahwa dirinya tidak pernah salah dalam menilai Sukoto dan Nurul. Bahwa Nurul dan Sukoto adalah manusia-manusia bejat. Bahwa mereka manusia-manusia laknat. Bahwa mereka layak diazab. Bukti pertama diperlihatkan Gondam dengan mengajak warga sekitar kos-kosan menggerebek ketika terjadi perselingkuhan Sukoto vs Nurul. Itu terjadi pada suatu siang dengan memergoki kedua orang ini sedang berhubungan intim di kamar pribadi Ibra. Waktu itu warga masih bertolerasni kepada keluarga Ibra dan keluarganya. Yang dipersalahkan hanya Sukoto. Dia dinilai sebagai pebinor (perebut bini orang). Sanksi yang diberikan warga, Sukoto tidak boleh lagi tinggal di lingkungan mereka. Sampai kapan pun. Nurul dimaafkan. Hanya, dia harus menandatangani surat peryantaan tidak akan mengulagi kesalahan serupa. Bila itu dilanggar, Nurul harus menjalani sidang adat kampung dan menanggung sanksi hukum atasnya. “Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Jujur saja aku sangat mencintai Nurul. Tapi di sisi lain, aku juga tak bisa menutup mata atas kesalahan-kesalahan yang dia lakukan,” kata Ibra. Ternyata pelanggaran susila yang dilakukan Nurul tidak berhenti sampai di situ. Kesalahan serupa dia lakukan dengan penghuni kos yang lain. Kali ini bahkan dengan orang yang lebih muda dibandingkan Sukoto. Sesuai perjanjian, Nurul harus menjalani sidang adat kampung, yang memutuskan Nurul dan selingkuhannya bersalah. Mereka disanksi membayar denda 100 sak semen dan lima truk pasir untuk pembangunan balai RW. Pasangan Nurul juga diusir agar tidak lagi tinggal di lingkungan tersebut. Sanksi lain, ancaman kepada Nurul: bila masih melakukan pelanggaran serupa, kasusnya akan dibawa ke ranah hukum. Yang bertanda tangan bukan hanya Nurul, melainkan juga Ibra sebagai suami yang mengetahui kasus tersebut. (bersambung)
Sumber: